I.
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan salah satu investasi sumber daya manusia yang diharapkan dapat
mengubah kehidupan suatu bangsa kearah yang lebih baik. Hakikat pendidikan
sendiri merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan
penuntun umat manusia dalam menjalankan kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki
nasib peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang
tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Karena itu, secara ekstrim
dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik buruknya peradaban masayarakat atau
bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan yang dijalani oleh
masayarakat bangsa tersebut.
Jika dilihat
dari perspektif pendidikan Islam sendiri pendidikan dapat diartikan suatu
proses yang tidak hanya menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana
menjadikan manusia makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil
pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan masyarakat dengan berlandaskan
ajaran Islam.
Di dalam
makalah ini kami akan membicarakan salah satu tokoh serta pemikirannya terhadap
perkembangan pendidikan terutama pendidikan islam, tokoh tersebut bernama Hasan
Langgulung.
II.
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana
Riwayat Hidup Hasan Langgulung?
B.
Bagaimana
Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
C.
Apa saja yang
dijadikan Dasar Pemikiran Hasan Langgulung tentang Pendidikan?
D.
Apa saja
Asas-asas Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
E.
Bagaimana
Kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
F.
Bagaimana
Administrasi dalam Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
G.
Bagaimana
Psikologi Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
H.
Bagaimana Corak
Pemikiran Hasan Langgulung terhadap Pendidikan dan Psikologi?
III.
Pembahasan
A.
Riwayat Hidup
Hasan Langgulung
Hasan
Langgulung lahir di Rappang, Ujung Pandang, Sulawesi
Selatan, pada 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur
Malaysia. Semasa hidupnya, beliau aktif dalam kemajuan pendidikan dan kemajuan
bangsa. Beliau mengajar di beberapa Universitas, baik di dalam negeri yaitu Malaysia maupun
di luar negeri.
Riwayat
pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar
di Rappang Ujung Pandang, tahun
1943-1949. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952, pada tahun 1952-1955
ia melanjutkan ke Sekolah Guru Islam Atas Ujung Pandang. Setamat dari pendidikan dasar dan menengah,
Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu Islamic Studies pada
Fakultas Darul Ulum, Cairo University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor
of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya
pada jenjang strata dua (S2) dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene di Eins
Shams sebelumnya, kemudian ia melanjutkan pendidikan pada tingkat strata tiga
(S3) masih dalam bidang psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan
tamat pada tahun 1971.[1]
Beberapa pengalaman Akademik yang beliau
miliki antara lain:
1.
Pada tahun 1957-1968 pada waktu beliau berada di Kairo,
pernah menjadi kepala Sekolah Indonesia di Kairo.
2.
Pernah menjadi Psychological Consultant pada Stanford
Research Institute Menlo Park di California.
3.
Menjadi Teaching Assistant University of Georgia pada
tahun 1969-1970.
4.
Menjadi Research Assistant pada University of Georgia
pada tahun 1971.
5.
Menjadi Visiting Profesor dalam bidang Psikologi pada
University of Riyadh Saudi Arabia tahun 1977-1978. [2]
B.
Konsep
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Pendidikan
dalam bahas Inggris adalah Education, sedangkan secara bahasa, menurut
Hasan Langgulung adalah memasukkan sesuatu, yang dimaksud adalah memasukkan
ilmu ke kepala seseorang. Adapun kata pendidikan yang sering digunakan oleh
pakar pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Ketiga
istilah tersebut menurut para ahli memiliki pengertian sama, akan tetapi, di
dalam pembahasan ini yang paling tepat digunakan adalah ta’dib.
Pendidikan
menurut Hasan Langgulung, sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama,
dari sudut pandang masyarakat, pendidikan berarti pewaris kebudayaan dari
generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut. Kedua,
dari sudut pandang individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi
yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini, perlu adanya penggalian semua
bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu agar dapat
bermanfaat bagi individu secara khususnya, kepada masyarakat luas pada umumnya,
[3]sehingga
proses pemindahan kebudayaan itu melalui berbagai macam jalan, antara lain:
1.
Pemindahan
nilai-nilai budaya melalui pengajaran.
2.
Melalui
latihan, dengan cara membiasakan diri di dalam melakukan pekerjaan tertentu
untuk memperoleh kemahiran di dalam pekerjaan tersebut.
3.
Melalui Indoktrinasi,
dengan cara melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan
oleh orang lain. Maka proses ini tergantung kepada orang yang mengeluarkan
perintah yang patut ditiru oleh orang-orang yang menjalankan perintah tersebut.
4.
Melalui unsur
Teknologi, dalam sejarah peradaban manusia kita dapati bahwa sebagian
masyarakat menitik-beratkan pada unsur akhlak dan mengabaikan unsur-unsur yanga
lain, ada pula masyarakat yang menumpukkan perhatian pada unsur keindahan saja,
sedangkan sebagian masyarakat memusatkan perhatian pada unsur sains dan yang
lainnya lagi pada unsur teknologi.[4]
Makna
Pendidikan Islam sendiri adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Pendidikan berarti tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer
of value dan berorientasi dunia akhirat sebagai tujuannya. Sedangkan
pendidikan dari perspektif ajaran Islam adalah proses sepanjang hayat bagi
individu untuk mempersiapkan dirinya mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai
khalifah Allah di bumi ini.[5]
C.
Dasar Pemikiran
Hasan Langgulung tentang Pendidikan
Secara umum
sumber-sumber yang dijadikan rujukan oleh Langgulung dalam merumuskan
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.
Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, berfungsi sebagai
rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Ia menunjukkan manusia jalan
terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya, dan
mengantarkannya ke jenjang-jenjang kesempurnaan insani.
Dalam
hubungannya dengan ilmu pengetahuan, Al-Qur’an mendorong manusia untuk
mempergunakan akal pikirannya serta menambah ilmu pengetahuan semaksimal mungkin.
Disamping itu juga, menjadikan observasi atas alam semesta sebagai alat untuk
kepercayaan kepada setiap penemuan baru atau teori ilmiah. Sehingga mereka
dapat menemukan dalilnya dalam Al-Qur’an untuk diberikan atau dibantahnya.
Adapun
implikasi pemikiran Hasan Langgulung, tentang sejauh mana peran Al-Qur’an dapat
ditemukan di berbagai tema yang ada di dalam Al-Qur’an, antara lain sebagai
berikut:
a.
Konsep keesaan
tuhan, ciptaan dan wahyunya.
b.
Peringatan
bahwa manusia bertanggung jawab terhadap segala tindakan, hidup dan
kecerdasannya.
c.
Cerita tentang
hubungan manusia dengan tuhan.
d.
Perincian
ajaran-ajaran termasuk tugas, kewajiban dan hak-hak yang ahli fikih rumuskan
dalam syari’ah.
e.
Peranan Nabi
Muhammad dalam rentetan wahyu-wahyu tuhan kepada umat manusia.
2.
Hadis
Sumber pemikiran
Hasan Langgulung yang kedua setelah Al-Qur’an adalah Hadis, yang mana Hadis
merupakan sumber rujukan, sekaligus tempat konsultasi dalam berfikir, ketika di
dalam Al-Qur’an tidak menyebutkan masalah tersebut.
Hadis di
dasarkan pada perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah, dan semua yang
bersumber dari Rasullah itu dianggap sebagai dalil syari’at serta sumber ajaran
islam yang pokok dibawah Al-Qur’an.[6]
3.
Ijtihad para
Sahabat dan Pemikir Islam
Salah satu
ijtihad yang digunakan dasar dalam pendidikan Islam adalah Khulafaurrasyidin,
karena mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Rasul, bahkan mereka
mempunyai hubungan kerabat dengan Rasul baik karena hubungan darah maupun
perkawinan.
Salah satu yang
bisa dijadikan pedoman di dalam pendidikan islam adalah pemikiran Umar bin
Khattab yang memandang bahwa semua perkara tidak bersifat ta’abudi
(bernilai ‘Ubudiyah, devotional), dan tidak memandang baik terhadap sikap
jumud dalam hukum, tetapi mengikuti berbagai pertimbangan kemaslahatan. Selain
berpedoman kepada Khulafaurrasyidin, juga berpedoman kepada para cendekiawan
muslim seperti Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Khaldun,
Al-Qabisi, Al-Zarnuji, Sa’di dan masih banyak lagi. Adapun beberapa hasil
karyanya yang dijadikan pedoman dalam pendidikan Islam antara lain: tujuan
pendidikan Muslim, persoalan metode, teori pengetahuan, kurikulum, pendidikan
moral dan religius, psikologi pendidikan, bimbingan pendidikan moral, persamaan
hak dalam pendidikan, riset pendidikan, persoalan disiplin, organisasi
pendidikan dan administrasi pendidikan.
4.
Pemikir Barat
Salah satu
dasar yang digunakan Hasan Langgulung di dalam bidang pendidikan dan psikologi
adalah dengan meminjam teori-teori barat, para pemikir yang di jadikan pedoman
di dalam pemikirannya adalah William James yang mengembangkan fungsionalisme di
Amerika, Sigmun Freud dengan psikoanalisisnya di Wina, John Watson
mengembangkan behaviorisme di Amerika dan masih banyak lagi. Di dalam meminjam
teori-teori maupun pemikiran-pemikiran para pemikir Barat, tidak sekedar
menerima dengan taken for granted, tetapi di barengi dengan khasanah
intelektual Islam.[7]
D.
Asas-asas
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Pendidikan
diibaratkan sebagai sebuah rumah, yang terdiri dari tiang, lantai, dinding,
atap, dan tangga. Itulah pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu yang terdiri
dari kurikulum, konseling, administrasi, pengajaran dan penilaian. Tetapi,
rumah tidak bisa dibina di awang-awang. Harus ada temapat tegaknya. Ada
telapak, halaman, pagar, kalau perlu ada pohon-pohon dan kebun-kebun di
sekelilingnya untuk memperindah pemandangan dan menjernihkan udara. Itulah
asas-asas tempat tegaknya pendidikan, yang terdiri dari filsafat, sejarah,
politik, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Adapun asas-asas pendidikan yang dimaksud di atas, adalah sebagai
berikut:
1.
Asas-asas
sejarah yang mempersiapkan si pendidik dengan hasi-hasil pengalaman masa lalu,
dengan undang-undang dan peraturan-peraturannya, batas-batas dan kekurangannya.
2.
Asas-asas
sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan
bergerak, memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.
3.
Asas-asas
ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan,
materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya, dan bertanggung jawab
terhadap anggaran belanjanya.
4.
Asas-asas
politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideologi dari mana ia bertolak
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat
5.
Asas-asas
psikologi yang memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru,
cara terbaik dalam praktik, pencapaian dan penilaian, serta pengukuran dan
bimbingan.
6.
Asas-asas
filsafat yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi
arah suatu sistem, mengontrol, dan memberi arahan kepada semua asas-asas yang
lain. [8]
E.
Kurikulum
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Kurikulum
menurut Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, kebudayaan,
sosial, keolahragaan, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong mereka untuk berkembang dan
mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dengan definisi
tersebut, dapat dipahami bahwa kurikulum itu mencakup 4 unsur pokok, yaitu
tujuan yang ingin dicapai, pengetahuan dan informasi, metode dan cara
pembelajaran, serta evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai
kurikulum serta hasil pembelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum
tersebut.
Dengan demikian
Kurikululum adalah alat untuk mencapai tujuan, di dalam kurikulum sendiri perlu
adanya pembaharuan dan pengembangan kurikulum setiap saat karena pengembangan
kurikulum merupakan upaya kontruktif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun materi yang
dimasukkan dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1.
Ilmu yang
diwahyukan dari Al-Qur’an, sunah dan bahasa Arab;
2.
Ilmu yang
mengkaji tentang manusia;
3.
Ilmu Alam.[9]
F.
Administrasi
dalam Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Administarasi
merupakan salah satu yang penting yang harus ada di dalam pendidikan, yang
berfungsi untuk memberikan pelayanan apapun kepada siswa maupun guru.
1.
Beberapa
ciri-ciri umum Administrasi Pendidikan Islam, sebagai berikut:
a.
Administrasi
pendidikan meliputi semua kerja, usaha, dan proses yang berlaku dalam lembaga
pendidikan.
b.
Administrasi
pendidikan adalah usaha kolektif dan kerjasama.
c.
Administrasi
pendidikan adalah suatu proses sosial.
d.
Administrasi
pendidikan adalah usaha teratur yang menghendaki ketepatan dalam organisasi dan
koordinasi.
e.
Kerja sama administrasi
pendidikan adalah kerja kepemimpinan yang memerlukan wujud kepemimpinan yang
bijaksana.
Itulah ciri-ciri
umum terpenting pada administrasi pendidikan, yang dapat diambil kesimpulan
dari definisi-definisi yang telah dibawakan di atas. Semuanya sesuai dengan
semangat Islam, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar umum yang bersifat menyeluruh,
fleksibel, dan toleran.[10]
2.
Pentingnya
Administrasi Pendidikan Islam dan tujuan-tujuannya
Administrasi
pendidikan adalah syarat utama pendidikan yang baik, disitulah berpijaknya
kualitas proses pendidikan dan kualitas kesempatan-kesempatan pendidikan,
dengan demikian administrasi pendidikan merupakan Sesuatu yang penting dan
harus ada di dalam lembaga pendidikan.
Adapun penting
Administrasi Pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Administrasi
pendidikan yang baik adalah mengangkat derajat performen administrasi dan
menolong mensukseskan serta memperbaiki kerja-kerjanya.
b.
Lembaga
pendidikan bersama dengan Administrasi yang baik menjadi tempat yang sesuai
bagi usaha yang serius dan ikhlas dalam membina hubungan-hubungan baik antara
semua orang.
c.
Administrasi
Pendidikan yang baik menolong menterjemahkan, merubah fikiran-fikiran dan
teori-teori pendidikan menjadi kurikulum, program, metode, media, prosedur dan
berbagai aktivitas-aktivitas pendidikan.
d.
Administrasi
pendidikan yang baik tidak hanya menjalankan urusan administratif dan teknis
lembaga pendidikan, tetapi juga berusaha mengaitkan lembaga-lembaga pendidikan
dengan masyarakat.[11]
Manfaat-manfaat
yang telah kita sebutkan di atas tidak hanya menunjukkan pentingnya
administrasi pendidikan, tetapi secara tidak langsung juga tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam administrasi pendidikan yang baik. Sudah tentu ini semua
dalam konteks nilai-nilai, syari’ah dan pendidikna Islam. Adapun tujuan-tujuan
dari Administrasi Pendidikan, diantaranya adalah:
a.
Memudahkan
pekerjaan administratif dan pendidikan, memudahkan proses-prosesnya, menyusun
potensi manusia dan material yang diperlukan, dan menghasilkan keputusan-keputusan
administratif dan pendidikan yang sifatnya realistis, kolektif dan sehat untuk
mencapai penyelesaian masalah-masalah administrasi dan pendidikan yang
dihadapinya.
b.
Menciptakan
iklim yang rohaniah, psikologi dan sosial dimana dilaksanakan aqidah, dan
akhlak islam yang penuh dengan iman, kejujuran, amanah, dan keikhlasan.
c.
Meningkatkan
moral atau semangat anggota-anggota lembaga pendidikan dan mengembangkan
semangat setia kawan di antara mereka.
d.
Menambahkan
produktivitas pekerja dalam aparat administratif atau lembaga pendidikan,
memperbaiki kualitas metode-metode dan medianya.
e.
Mengembangkan
sistem dan media administratif terus-menerus dan meningkatkan kemampuan
pekerja-pekerja dalam lembaga dan mempertinggi pengetahuan, ketrampilan, dan
sikapnya terus-menerus.
f.
Mengadakan
perubahan yang diinginkan dalam proses pendidikan dengan seluruh aspeknya dan
menolong murid-murid mencapai pertumbuhan menyeluruh dan utuh.
g.
Menghubungkan
antara proses pendidikan dan tujuan-tujuan pembangunan dalam masyarakat dan
mengeratkan hubungan lembaga pendidikan dengan lingkungannya.
3.
Fungsi
Administrasi Pendidikan.
Supaya
Administrasi memperoleh manfaat dan tujuan, ia harus menjalankan berbagai
fungsi Administrasi yanga ada antara lain:
a.
Perencanaan
b.
Pengambilan
keputusan
c.
Organisasi dan
koordinasi
d.
Pembagian kerja
dan kuasa
e.
Membimbing
pekerja-pekerja
f.
Mengawasi,
mengikuti dan menilai kerja
g.
Mengadakan
hubungan umum dan bersifat kemanusiaan yang berhasil
h.
Melatih pekerja[12]
G.
Psikologi
pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Fungsi
pedidikan adalah sebagai pemindah nilai-nilai, ilmu, dan ketrampilan dari
generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat.
Dalam kajian psikologi proses pemindahan itu tidak sekedar memindahkan, tetapi
dalam memindahkan harus lebih selektif dan mempunyai syarat-syarat tertentu.
Dalam tinjauan
psikologi ada 3 syarat pokok yang harus dipenuh, yaitu sebagai berikut:
1.
Adanya
rangsangan;
2.
Benda hidup
harus mengadakan respons kepada rangsangan itu;
3.
Respons harus
diteguhkan seperti dengan nilai benda atau bukan benda supaya respons itu
dibuat lagi dalam suasana yang sama pada masa yang akan datang atau
ditinggalkan jika respon itu diteguhkan negatif.[13]
H.
Corak Pemikiran
Hasan Langgulung terhadap Pendidikan dan Psikologi
Hasan
Langgulung merupakan salah seorang pemikir Islam kontemporer yang menaruh
perhatian besar terhadap upaya Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu dalam bidang
pendidikan dan Psikologi, yang beliau lihat dari kacamata pemikir-pemikir
muslim, baik dari filosuf, kalam maupun tasawuf, yang di dasarkan pada
konsep-konsep yang ada di dalam Al-Quran dan Hadits.
Cara
berpikir Hasan Langgulung memiliki kesamaan dengan tujuan-tujuan gerakan
islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu:
1.
Penguasaan
disiplin ilmu modern;
2.
Penguasaan
khasanah Islam;
3.
Penentuan
relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern;
4.
Pencarian
sintesa kreatif antara khasanah dengan ilmu modern;
5.
Pengarahan aliran
pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai penemuan pola rencana Allah.[14]
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dan analisis di atas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Hasan
Langgulung salah satu pemikir pendidikan Islam yang intelek. Hal itu didasarkan
pada pemikiran-pemikirannya baik di dalam pendidikan maupun psikologi. Beliau lahir di Rappang, Sulawesi Selatan,
pada 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur Malaysia.
Konsep pendidikan Islam menurut beliau adalah suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
Di
dalam pemikiran Hasan Langgulung tehadap pendidikan didasarkan pada Al-Qur’an, Hadist,
Ijma’ sahabat dan para Pemikir Islam, serta Pemikiran Barat. Asas-asas
pendidikan di dalam pemikiran beliau diibaratkan sebagai sebuah rumah, yang
terdiri dari tiang, lantai, dinding, atap, dan tangga. Itulah pendidikan sebagai
suatu disiplin ilmu yang terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi,
pengajaran dan penilaian. Sedangkan
kurikulum pendidikan menurutnya harus harus mencakup 4 hal yaitu tujuan yang
ingin dicapai, pengetahuan dan informasi, metode dan cara pembelajaran, serta
evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai kurikulum serta hasil
pembelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum.
Di
samping itu juga di dalam lembaga pendidikan harus ada administrasi pendidikan,
karena sebagai pemberi pelayanan apapun kepada siswa maupun guru. Selain itu,
pendidikan juga ada kaitannya dengan psikologi, karena di dalam pendidikan tidak hanya pemindah nilai-nilai, ilmu, dan
ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara
identitas masyarakat, tetapi dalam memindahkan harus lebih selektif dan
mempunyai syarat-syarat tertentu.
[1] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta:AR-Ruzz Media, 2011), hlm.
271-272.
[2] Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam (Semarang: Rasail Media Group,
2010), hlm. 57.
[3] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 273-275.
[4] Hasan Langgulung, Pendidikan
dan Peradaban Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,1985), hlm. 3-5.
[5] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 276.
[6] Mahfud Junaedi, Ilmu
Pendidikan Islam, hlm. 70-78.
[7] Mahfud Junaedi, Ilmu
Pendidikan Islam, hlm. 79-80.
[8] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 277-278.
[9] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 279-280.
[10] Hasan Langgulung, Asas-asas
Pendidikan Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1992), hlm. 200-209.
[11] Hasan Langgulung, Asas-asas
Pendidikan Islam, hlm. 213.
[12] Hasan Langgulung, Asas-asas
Pendidikan Islam, hlm. 214.
[13] Syamsul Kurniawan, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 282.
[14]Mahfud Junaedi, Ilmu
Pendidikan Islam, hlm. 81-83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar