Kamis, 07 Januari 2016

pemikiran Hasan Langgulung tentang pendidikan islam



I.                   Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu investasi sumber daya manusia yang diharapkan dapat mengubah kehidupan suatu bangsa kearah yang lebih baik. Hakikat pendidikan sendiri merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalankan kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Karena itu, secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik buruknya peradaban masayarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan yang dijalani oleh masayarakat bangsa tersebut.
Jika dilihat dari perspektif pendidikan Islam sendiri pendidikan dapat diartikan suatu proses yang tidak hanya menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan masyarakat dengan berlandaskan ajaran Islam.
Di dalam makalah ini kami akan membicarakan salah satu tokoh serta pemikirannya terhadap perkembangan pendidikan terutama pendidikan islam, tokoh tersebut bernama Hasan Langgulung. 

II.                Rumusan Masalah
A.      Bagaimana Riwayat Hidup Hasan Langgulung?
B.       Bagaimana Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
C.       Apa saja yang dijadikan Dasar Pemikiran Hasan Langgulung tentang Pendidikan?
D.      Apa saja Asas-asas Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
E.       Bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
F.        Bagaimana Administrasi dalam Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
G.      Bagaimana Psikologi Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
H.      Bagaimana Corak Pemikiran Hasan Langgulung terhadap Pendidikan dan Psikologi?

III.             Pembahasan
A.      Riwayat Hidup Hasan Langgulung
Hasan Langgulung lahir di Rappang, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, pada 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur Malaysia. Semasa hidupnya, beliau aktif dalam kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa. Beliau mengajar di beberapa Universitas, baik di dalam negeri yaitu Malaysia maupun di luar negeri.
Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang Ujung Pandang, tahun 1943-1949. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952, pada tahun 1952-1955 ia melanjutkan ke Sekolah Guru Islam Atas Ujung Pandang. Setamat dari pendidikan dasar dan menengah, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu Islamic Studies pada Fakultas Darul Ulum, Cairo University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya pada jenjang strata dua (S2) dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene di Eins Shams sebelumnya, kemudian ia melanjutkan pendidikan pada tingkat strata tiga (S3) masih dalam bidang psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan tamat pada tahun 1971.[1]
Beberapa pengalaman Akademik yang beliau miliki antara lain:
1.        Pada tahun 1957-1968 pada waktu beliau berada di Kairo, pernah menjadi kepala Sekolah Indonesia di Kairo.
2.        Pernah menjadi Psychological Consultant pada Stanford Research Institute Menlo Park di California.
3.        Menjadi Teaching Assistant University of Georgia pada tahun 1969-1970.
4.        Menjadi Research Assistant pada University of Georgia pada tahun 1971.
5.        Menjadi Visiting Profesor dalam bidang Psikologi pada University of Riyadh Saudi Arabia tahun 1977-1978. [2]

B.       Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Pendidikan dalam bahas Inggris adalah Education, sedangkan secara bahasa, menurut Hasan Langgulung adalah memasukkan sesuatu, yang dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Adapun kata pendidikan yang sering digunakan oleh pakar pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Ketiga istilah tersebut menurut para ahli memiliki pengertian sama, akan tetapi, di dalam pembahasan ini yang paling tepat digunakan adalah ta’dib.
Pendidikan menurut Hasan Langgulung, sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, dari sudut pandang masyarakat, pendidikan berarti pewaris kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut. Kedua, dari sudut pandang individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini, perlu adanya penggalian semua bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu agar dapat bermanfaat bagi individu secara khususnya, kepada masyarakat luas pada umumnya, [3]sehingga proses pemindahan kebudayaan itu melalui berbagai macam jalan, antara lain:
1.        Pemindahan nilai-nilai budaya melalui pengajaran.
2.        Melalui latihan, dengan cara membiasakan diri di dalam melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh kemahiran di dalam pekerjaan tersebut.
3.        Melalui Indoktrinasi, dengan cara melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain. Maka proses ini tergantung kepada orang yang mengeluarkan perintah yang patut ditiru oleh orang-orang yang menjalankan perintah tersebut.
4.        Melalui unsur Teknologi, dalam sejarah peradaban manusia kita dapati bahwa sebagian masyarakat menitik-beratkan pada unsur akhlak dan mengabaikan unsur-unsur yanga lain, ada pula masyarakat yang menumpukkan perhatian pada unsur keindahan saja, sedangkan sebagian masyarakat memusatkan perhatian pada unsur sains dan yang lainnya lagi pada unsur teknologi.[4]
Makna Pendidikan Islam sendiri adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Pendidikan berarti tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value dan berorientasi dunia akhirat sebagai tujuannya. Sedangkan pendidikan dari perspektif ajaran Islam adalah proses sepanjang hayat bagi individu untuk mempersiapkan dirinya mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai khalifah Allah di bumi ini.[5]

C.       Dasar Pemikiran Hasan Langgulung tentang Pendidikan
Secara umum sumber-sumber yang dijadikan rujukan oleh Langgulung dalam merumuskan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.        Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, berfungsi sebagai rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Ia menunjukkan manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya, dan mengantarkannya ke jenjang-jenjang kesempurnaan insani.
Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, Al-Qur’an mendorong manusia untuk mempergunakan akal pikirannya serta menambah ilmu pengetahuan semaksimal mungkin. Disamping itu juga, menjadikan observasi atas alam semesta sebagai alat untuk kepercayaan kepada setiap penemuan baru atau teori ilmiah. Sehingga mereka dapat menemukan dalilnya dalam Al-Qur’an untuk diberikan atau dibantahnya.
Adapun implikasi pemikiran Hasan Langgulung, tentang sejauh mana peran Al-Qur’an dapat ditemukan di berbagai tema yang ada di dalam Al-Qur’an, antara lain sebagai berikut:
a.         Konsep keesaan tuhan, ciptaan dan wahyunya.
b.        Peringatan bahwa manusia bertanggung jawab terhadap segala tindakan, hidup dan kecerdasannya.
c.         Cerita tentang hubungan manusia dengan tuhan.
d.        Perincian ajaran-ajaran termasuk tugas, kewajiban dan hak-hak yang ahli fikih rumuskan dalam syari’ah.
e.         Peranan Nabi Muhammad dalam rentetan wahyu-wahyu tuhan kepada umat manusia.
2.        Hadis
Sumber pemikiran Hasan Langgulung yang kedua setelah Al-Qur’an adalah Hadis, yang mana Hadis merupakan sumber rujukan, sekaligus tempat konsultasi dalam berfikir, ketika di dalam Al-Qur’an tidak menyebutkan masalah tersebut.
Hadis di dasarkan pada perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah, dan semua yang bersumber dari Rasullah itu dianggap sebagai dalil syari’at serta sumber ajaran islam yang pokok dibawah Al-Qur’an.[6]
3.        Ijtihad para Sahabat dan Pemikir Islam
Salah satu ijtihad yang digunakan dasar dalam pendidikan Islam adalah Khulafaurrasyidin, karena mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Rasul, bahkan mereka mempunyai hubungan kerabat dengan Rasul baik karena hubungan darah maupun perkawinan.
Salah satu yang bisa dijadikan pedoman di dalam pendidikan islam adalah pemikiran Umar bin Khattab yang memandang bahwa semua perkara tidak bersifat ta’abudi (bernilai ‘Ubudiyah, devotional), dan tidak memandang baik terhadap sikap jumud dalam hukum, tetapi mengikuti berbagai pertimbangan kemaslahatan. Selain berpedoman kepada Khulafaurrasyidin, juga berpedoman kepada para cendekiawan muslim seperti Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Khaldun, Al-Qabisi, Al-Zarnuji, Sa’di dan masih banyak lagi. Adapun beberapa hasil karyanya yang dijadikan pedoman dalam pendidikan Islam antara lain: tujuan pendidikan Muslim, persoalan metode, teori pengetahuan, kurikulum, pendidikan moral dan religius, psikologi pendidikan, bimbingan pendidikan moral, persamaan hak dalam pendidikan, riset pendidikan, persoalan disiplin, organisasi pendidikan dan administrasi pendidikan.
4.        Pemikir Barat
Salah satu dasar yang digunakan Hasan Langgulung di dalam bidang pendidikan dan psikologi adalah dengan meminjam teori-teori barat, para pemikir yang di jadikan pedoman di dalam pemikirannya adalah William James yang mengembangkan fungsionalisme di Amerika, Sigmun Freud dengan psikoanalisisnya di Wina, John Watson mengembangkan behaviorisme di Amerika dan masih banyak lagi. Di dalam meminjam teori-teori maupun pemikiran-pemikiran para pemikir Barat, tidak sekedar menerima dengan taken for granted, tetapi di barengi dengan khasanah intelektual Islam.[7]

D.      Asas-asas Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Pendidikan diibaratkan sebagai sebuah rumah, yang terdiri dari tiang, lantai, dinding, atap, dan tangga. Itulah pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu yang terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, pengajaran dan penilaian. Tetapi, rumah tidak bisa dibina di awang-awang. Harus ada temapat tegaknya. Ada telapak, halaman, pagar, kalau perlu ada pohon-pohon dan kebun-kebun di sekelilingnya untuk memperindah pemandangan dan menjernihkan udara. Itulah asas-asas tempat tegaknya pendidikan, yang terdiri dari filsafat, sejarah, politik, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Adapun asas-asas pendidikan yang dimaksud di atas, adalah sebagai berikut:
1.        Asas-asas sejarah yang mempersiapkan si pendidik dengan hasi-hasil pengalaman masa lalu, dengan undang-undang dan peraturan-peraturannya, batas-batas dan kekurangannya.
2.        Asas-asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak, memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.
3.        Asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya, dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya.
4.        Asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideologi dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat
5.        Asas-asas psikologi yang memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara terbaik dalam praktik, pencapaian dan penilaian, serta pengukuran dan bimbingan.
6.        Asas-asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrol, dan memberi arahan kepada semua asas-asas yang lain. [8]

E.       Kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Kurikulum menurut Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, kebudayaan, sosial, keolahragaan, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong mereka untuk berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dengan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa kurikulum itu mencakup 4 unsur pokok, yaitu tujuan yang ingin dicapai, pengetahuan dan informasi, metode dan cara pembelajaran, serta evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai kurikulum serta hasil pembelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum tersebut.
Dengan demikian Kurikululum adalah alat untuk mencapai tujuan, di dalam kurikulum sendiri perlu adanya pembaharuan dan pengembangan kurikulum setiap saat karena pengembangan kurikulum merupakan upaya kontruktif untuk mencapai tujuan pendidikan.
 Adapun materi yang dimasukkan dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1.        Ilmu yang diwahyukan dari Al-Qur’an, sunah dan bahasa Arab;
2.        Ilmu yang mengkaji tentang manusia;
3.        Ilmu Alam.[9]

F.        Administrasi dalam Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Administarasi merupakan salah satu yang penting yang harus ada di dalam pendidikan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan apapun kepada siswa maupun guru.
1.        Beberapa ciri-ciri umum Administrasi Pendidikan Islam, sebagai berikut:
a.         Administrasi pendidikan meliputi semua kerja, usaha, dan proses yang berlaku dalam lembaga pendidikan.
b.         Administrasi pendidikan adalah usaha kolektif dan kerjasama.
c.         Administrasi pendidikan adalah suatu proses sosial.
d.        Administrasi pendidikan adalah usaha teratur yang menghendaki ketepatan dalam organisasi dan koordinasi.
e.         Kerja sama administrasi pendidikan adalah kerja kepemimpinan yang memerlukan wujud kepemimpinan yang bijaksana.
Itulah ciri-ciri umum terpenting pada administrasi pendidikan, yang dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi yang telah dibawakan di atas. Semuanya sesuai dengan semangat Islam, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar umum yang bersifat menyeluruh, fleksibel, dan toleran.[10]
2.        Pentingnya Administrasi Pendidikan Islam dan tujuan-tujuannya
Administrasi pendidikan adalah syarat utama pendidikan yang baik, disitulah berpijaknya kualitas proses pendidikan dan kualitas kesempatan-kesempatan pendidikan, dengan demikian administrasi pendidikan merupakan Sesuatu yang penting dan harus ada di dalam lembaga pendidikan.
Adapun penting Administrasi Pendidikan adalah sebagai berikut:
a.         Administrasi pendidikan yang baik adalah mengangkat derajat performen administrasi dan menolong mensukseskan serta memperbaiki kerja-kerjanya.
b.         Lembaga pendidikan bersama dengan Administrasi yang baik menjadi tempat yang sesuai bagi usaha yang serius dan ikhlas dalam membina hubungan-hubungan baik antara semua orang.
c.         Administrasi Pendidikan yang baik menolong menterjemahkan, merubah fikiran-fikiran dan teori-teori pendidikan menjadi kurikulum, program, metode, media, prosedur dan berbagai aktivitas-aktivitas pendidikan.
d.        Administrasi pendidikan yang baik tidak hanya menjalankan urusan administratif dan teknis lembaga pendidikan, tetapi juga berusaha mengaitkan lembaga-lembaga pendidikan dengan masyarakat.[11]
Manfaat-manfaat yang telah kita sebutkan di atas tidak hanya menunjukkan pentingnya administrasi pendidikan, tetapi secara tidak langsung juga tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam administrasi pendidikan yang baik. Sudah tentu ini semua dalam konteks nilai-nilai, syari’ah dan pendidikna Islam. Adapun tujuan-tujuan dari Administrasi Pendidikan, diantaranya adalah:
a.         Memudahkan pekerjaan administratif dan pendidikan, memudahkan proses-prosesnya, menyusun potensi manusia dan material yang diperlukan, dan menghasilkan keputusan-keputusan administratif dan pendidikan yang sifatnya realistis, kolektif dan sehat untuk mencapai penyelesaian masalah-masalah administrasi dan pendidikan yang dihadapinya.
b.         Menciptakan iklim yang rohaniah, psikologi dan sosial dimana dilaksanakan aqidah, dan akhlak islam yang penuh dengan iman, kejujuran, amanah, dan keikhlasan.
c.         Meningkatkan moral atau semangat anggota-anggota lembaga pendidikan dan mengembangkan semangat setia kawan di antara mereka.
d.        Menambahkan produktivitas pekerja dalam aparat administratif atau lembaga pendidikan, memperbaiki kualitas metode-metode dan medianya.
e.         Mengembangkan sistem dan media administratif terus-menerus dan meningkatkan kemampuan pekerja-pekerja dalam lembaga dan mempertinggi pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya terus-menerus.
f.          Mengadakan perubahan yang diinginkan dalam proses pendidikan dengan seluruh aspeknya dan menolong murid-murid mencapai pertumbuhan menyeluruh dan utuh.
g.         Menghubungkan antara proses pendidikan dan tujuan-tujuan pembangunan dalam masyarakat dan mengeratkan hubungan lembaga pendidikan dengan lingkungannya.
3.        Fungsi Administrasi Pendidikan.
Supaya Administrasi memperoleh manfaat dan tujuan, ia harus menjalankan berbagai fungsi Administrasi yanga ada antara lain:
a.         Perencanaan
b.         Pengambilan keputusan
c.         Organisasi dan koordinasi
d.        Pembagian kerja dan kuasa
e.         Membimbing pekerja-pekerja
f.          Mengawasi, mengikuti dan menilai kerja
g.         Mengadakan hubungan umum dan bersifat kemanusiaan yang berhasil
h.         Melatih pekerja[12]

G.      Psikologi pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
Fungsi pedidikan adalah sebagai pemindah nilai-nilai, ilmu, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat. Dalam kajian psikologi proses pemindahan itu tidak sekedar memindahkan, tetapi dalam memindahkan harus lebih selektif dan mempunyai syarat-syarat tertentu.
Dalam tinjauan psikologi ada 3 syarat pokok yang harus dipenuh, yaitu sebagai berikut:
1.        Adanya rangsangan;
2.        Benda hidup harus mengadakan respons kepada rangsangan itu;
3.        Respons harus diteguhkan seperti dengan nilai benda atau bukan benda supaya respons itu dibuat lagi dalam suasana yang sama pada masa yang akan datang atau ditinggalkan jika respon itu diteguhkan negatif.[13]

H.      Corak Pemikiran Hasan Langgulung terhadap Pendidikan dan Psikologi
Hasan Langgulung merupakan salah seorang pemikir Islam kontemporer yang menaruh perhatian besar terhadap upaya Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu dalam bidang pendidikan dan Psikologi, yang beliau lihat dari kacamata pemikir-pemikir muslim, baik dari filosuf, kalam maupun tasawuf, yang di dasarkan pada konsep-konsep yang ada di dalam Al-Quran dan Hadits.
Cara berpikir Hasan Langgulung memiliki kesamaan dengan tujuan-tujuan gerakan islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu:
1.        Penguasaan disiplin ilmu modern;
2.        Penguasaan khasanah Islam;
3.        Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern;
4.        Pencarian sintesa kreatif antara khasanah dengan ilmu modern;
5.        Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai penemuan pola rencana Allah.[14]

IV.             Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis di atas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Hasan Langgulung salah satu pemikir pendidikan Islam yang intelek. Hal itu didasarkan pada pemikiran-pemikirannya baik di dalam pendidikan maupun psikologi.  Beliau lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur Malaysia. Konsep pendidikan Islam menurut beliau adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Di dalam pemikiran Hasan Langgulung tehadap pendidikan didasarkan pada Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ sahabat dan para Pemikir Islam, serta Pemikiran Barat. Asas-asas pendidikan di dalam pemikiran beliau diibaratkan sebagai sebuah rumah, yang terdiri dari tiang, lantai, dinding, atap, dan tangga. Itulah pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu yang terdiri dari kurikulum, konseling, administrasi, pengajaran dan penilaian.  Sedangkan kurikulum pendidikan menurutnya harus harus mencakup 4 hal yaitu tujuan yang ingin dicapai, pengetahuan dan informasi, metode dan cara pembelajaran, serta evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai kurikulum serta hasil pembelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum.
Di samping itu juga di dalam lembaga pendidikan harus ada administrasi pendidikan, karena sebagai pemberi pelayanan apapun kepada siswa maupun guru. Selain itu, pendidikan juga ada kaitannya dengan psikologi, karena di dalam pendidikan  tidak hanya pemindah nilai-nilai, ilmu, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat, tetapi dalam memindahkan harus lebih selektif dan mempunyai syarat-syarat tertentu.




 




[1] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta:AR-Ruzz Media, 2011), hlm. 271-272.
[2] Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam (Semarang: Rasail Media Group, 2010), hlm. 57.
[3] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 273-275.
[4] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,1985), hlm. 3-5.
[5] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 276.
[6] Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 70-78.
[7] Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 79-80.
[8] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 277-278.
[9] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 279-280.
[10] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1992), hlm. 200-209.
[11] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, hlm. 213.

[12] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, hlm. 214.
[13] Syamsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 282.
[14]Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam, hlm.  81-83.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar