I.
Pendahuluan
Ketika Islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum muslimin
dijanjikan oleh Al-Qur’an akan menjadi komunitas terbaik dipenggung sejarah
bagi sesame umat manusia lainnya. Akibat diterimanya dorongan ajaran seperti
ini, secara tidak langsung telah memberikan produk pandangan bagi mereka
sendiri untuk melakukan permainan budaya sebaik mungkin.
Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah,
terutama terhadap sejarah peradaban umat islam. Perbedaan cara pandang tersebut
sebagai akibat dari khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu
dipicu dari keberagaman teori sejarah. Lebih-lebih sejarah Islam yang sebagian
besar adalah sejarah tentang politik dan kekuasaan yang berujung pada
kepentingan kelompok maupun individual semata.
Banyak terjadi kerancauan-kerancauan ketika pemerintah sudah
tidak berada dibawah kendali Rasulullah.
Dalam hal ini terdapat empat khalifah yang mengganti Nabi dalam memimpin umat
Islam dengan selalu berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah. Pada periode ini,
masih mencerminkan pola-pola yang digagas dan dipraktekkan oleh Rasulullah
dalam menata dan mengurusi umat Islam, terutama pada periode Abu Bakar yang sepenuhnya hampir tidak melakukan
perubahan-perubahan kebijakan.
Adapun format peradaban tampaknya lebih banyak dilakukan oleh dua
khalifah berikutnya yaitu Umar dan Ustman. Hal ini dikarenakan mereka
memerintah lebih lama dibandingkan dengan Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib,
sehingga fakta sejarah menunjukkan bahwa zaman Khulafaurrasyidin
tersebut kedalam zaman perkembangan Islam yang cemerlang yang ditandai dengan
ekspansi, integrasi, pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang khususnya
dibindang ilmu pengetahuan, yang menunjukkan peradaban tersendiri dengan segala
karakteristiknya.
Setelah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin selesai dilanjukan
dengan pemerintahan dua dinasti yang besar yaitu Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah yang masing-masing memiliki peranan yang sangat besar bagi peradaban
islam, salah satunya adalah di bidang ilmu pengetahuan dan kepemimpinan dalam
pemerintahan.
II.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
Khlifah?
2.
Bagaimana
karakteristik kepemimpinan Khulafaurrasyidin dan perkembangan ilmu
pengetahuannya?
3.
Bagaimana
karakteristik kepemimpinan Dinasti Umayyah dan perkembangan ilmu pengetahuannya?
4.
Bagaimana
karakteristik kepemimpinan Dinasti Abbasiyah dan perkembangan ilmu
pengetahuannya?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian Khalifah
Menurut bahasa Khalifah merupakan masdar dari Fi’il madhi khlafa,
yang berarti : menggantikan atau menempati tempatnya. Menurut istilah adalah
gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Kata Khalifah sendiri dapt diterjemahkan sebagai pengganti atau perwakilan.
Dalam Al-Qur’an, manusia secara umum merupakan Khalifah Allah di muka bumi
untuk merawat dan memberdayakan bumi besrta isinya. Sedangkan khalifah secar
khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammdad SAW sebagai imam umatnya, dan
secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah identitas
kedaulatan Islam (Negara).sebagaimana diketahui bahwa Muhammad SAW selain
sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang dan lain
sebagainya.[1]
Dalam hal ini yang dijadika khlifah pengganti Nabi adalaha dari
kalangan sahabatnya sendiri. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung
oleh para sahabat melelui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka
sahabat yang lain memberikan baiat ( sumpah setia) pada calon yang terpilih
tersebut. Ada dua cara daam memilih Khalifah ini, yaitu pertama, secara
musyawarah oleh para sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas penunjukan khlifah
sebelumnya.
Adapun sahabat Rasul yang
dijadikan sebagai Khalifah adalah:
1.
Abu Bakar Ash
Shiddiq
2.
Umar bin
Khattab
3.
Ustman bin
Affan
4.
Ali bin Abi
Thalib[2]
B.
Masa
kepemimpinan Khulafaurrasyidin
1.
Abu Bakar Ash
Shiddiq
Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah At-Tamini. Di zaman pra
Islam bernama Abdullah ibn ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah.
Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama, julukannaya Abu Bakar (Bapak
Pemagi) karena dari pagi-pagi betul memeluk agama Islam, gelarnya Ash-Shiddiq
karena ia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’
Mi’raj. Jadi, Nabi Muhammad sering kali menunjukkannya untuk mendampinginya
disaat penting atau jika berhalangan, dan Rasul tersebut mempercayainya sebagai
pengganti untuk menangani tugas-tugas keagamaan. [3]
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam
keadaan paling kritis dan gawat. Perpecahan diantara umat Islam, munculnya
orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan terjadinya berbagai pemberontakan
di jazirah mengancam eksistensi Negara Islam yang masih baru itu dan mengganggu
perdamaian dalam kerajaan. Dia mempersatukan seluruh umat Islam, menghancurkan
kekuatan para Nabi palsu, dan menumpas seluruh pemberontakan dalam negeri dan
mengalahkan para penyerbu dari luar negeri. Seperti itulah dia memberikan
jaminan bagi landasan islam. Mengingat berbagai kesulitan yang muncul karena
wafatnya Nabi dan semua pengabdian yang ia berikan untuk tujuan Islam pada saat
yang kritis itu, Abu Bakar secara tepat bisa disebut Penyalamat Islam. Ia tidak
hanya menyelamatkan Islam dari kehancuran, tetapi juga “menjadikannya agama
dunia dengan megalihkan perhatian suku-suku bangsa yang berperang dari konflik
dalam negeri kepada penaklukan dan kemuliaan didaratan Persia dan kerajaan
Bizantium”. Keputusannya yang tegas dan kebijaksanaannya yang cepat ditambah
hatinya yang mulia dan penuh kasih sayang, merupakan pengabdian yang tidak
ternilai harganya bagi Agama Islam.
Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq mempunyai karakteristik lembut dan
tegas. Dalam suasana negara yang kacau, pemimpin yang berkarakter seperti
khalifah Abu Bakar sangat diperlukan. Dengan kelembutannya, khlifah Abu Bakar
dapat menginsafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu,
orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh khalifah Abu
Bakar.[4]
2.
Masa
kepemimpinan Umar bin Khattab
Umar bin Khattab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin
Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy Dari suku Adi, salah satu suku yang
terpandang mulia. Umar dilahirkan di Mekkah empat tahun sebelum kelahiran Nabi.
Ia adalah seoranga yang berbudi luhur, fasih dan adil serta pemberani. Ia ikut
memelihara ternak ayahnya dan berdagang hingga ke Syiria. Ia juga dipercaya oleh
suku bangsanya Quraisy untuk berunding dan mewakilinya jika ada persoalan
dengan suku-suku yang lain. umar masuk Islam pada tahun kelima setelah
kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi serta dijadikan sebagai
tempat rujukan oleh Nabi mengenai hal-hal yang penting. Ia dapat memecahkan
masalah yang rumit tentang siapa yang berhak mengganti Rasulullah dalam
memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah. Dengan memilih dan membaiatkan Abu
Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia mendapat penghormatan yang tinggi
dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yanga baru itu,
sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khattab menjadi
penerusnya. [5]
Umar adalah salah sorang tokoh yang luar biasa dalam sejarah. Dia
tidak hanyak membentuk nasib bangsa, tetapi juga membuat sejarah mereka.
Penaklukannya yang cemarlang dan pemerintahannya yeng penuh kebaikan membuka
suatu masa baru dalam sejarah dunia. Dengan karakter yang cerdas, tegas dan
mengutamakan kepentingan Rakyat, Kecerdasan Umar itu sangat diperlukan untuk
membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang Islami, yang saat it situasi Negara
sudah lebih aman.[6]
Adapun beberapa prestasi yang ia dapatkan adalah sebagai berikut:
a.
Melakukan
perluasan Wilayah
b.
Menata
Administrasi dan keuangan Pemerintah
Untuk menata
Administrasi dan keuanagn pemerintah ia membentuka Baitul Mal dan Dewan
Peraang. Baitul Mal bertugas untuk mengurusi keuangan Negara. Keluar masuknya
keuangan, baim dipusat maupub di provinsi-provinsi.
Dewan Perang
bertugas untuk mencatata Administrasi ketentaraan. Para tentara dan pengawal
pemerintah digaji dari Baitul Mal.
c.
Penetapan
Kalaender Hijriah[7]
3.
Masa
pemerintahan Ustman bin Affan
Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah
dari pihak Quraisy. Ia memeluk Islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi
salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Melalui persaingan ketat dengan Ali, tim formatur
yang dibentuk oleh Umar akhirnya memberi mandat kekhalifahan pada Ustman. Masa
pemerintahannya adalah yang tepanjang dari semua khaliafah di zaman Khulafaurrasyidin
yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat tudak seluruh masa kekuasaannya
menjadi saat yang baik dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi
perintahan Ustman bin Affan menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan
masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir merupakan masa
pemerinyahannya yang buruk.
Separuh pertama pada pemerintahan Ustaman, beliau melanjutkan
sukses pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam.
Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam, seperti Mesir dan Irak terus
dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi meliter yang terencanakan
secara cermat dan simultan disemua front.
Separu pemerintahan Ustman bin Affan yang kedua muncul perasaan
tidak puas dan kecewa dikalangan umat Isam sendiri. Salah satu yang
menyebabkan banyak rakyat kecewa
terhadap kepemimpinan ustman adalah kebujakannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Mungkin karena usia Ustman yang sudah tua, setelah banyak
anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan yang penting. Ustman
laksana Boneka, dia tidak banyak komentar dan juga beliau tidak tegas terhadap
orang-oarang bawahannya.
Jadi, dengan tidak tegasnya dalam pemerintahannya akhirnya beliau tidak mampu membebaskan diri sepenuhnya dari
pengaruh keluarga umayyah yang mengitari dirinya. Dalam literatur politik pada
masa pemerintahan Ustman tidak terealisasi dengan baik. Akan tetapi dibalik
semua itu dengan sifat saleh, penyantun, serta selalu sabar dalam mengahdapi
persoalan, beliau mampu membangun masyarakat yang santun serta saleh sehingga
Negara dapat memakmurkan rakyatnya.[8]
Adapun beberapa prestasi yang beliau raih dalam masa
pemerintahannya adalah sebagai berikut:
a.
Renovasi Masjid
nabawi
b.
Membuat
Angkatan Laut
c.
Kodifikasi
Mushaf Al-Qur’an
d.
Perluasan
wilayah[9]
4.
Masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan
dan menantu Nabi. Ali adalah putra Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Ia adalah
sepupu Nabi yang telah ikut bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancama kota
Mekkah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra.
Ali adalah seoarang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia
adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, pembela
kebenaran, perumusan kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah
pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang
ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan
yang dermawan,. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan
orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.[10]
Beberapa kebijakan yang dilakukan Ali pada saat pemerintahannya,
sebagai berikut:
a.
Penundaan
pengusutan pembunuhan Ustman
b.
Memecat
kepala-kepala daerah yang diangkat Ustman
c.
Mengambil
kembali tanah-tanah yang dibagikan Ustman kepada family-famili dan kaum
kerabatnya tanpa jalan yang sah.
d.
Membenahi
keuangan Negara
e.
Memajukan
Pembangunan di kota Kufah
5.
Kemajuan ilmu
pengetahuan Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa kekuasaan Khulafaurrasyidin, banyak ilmu yang bermuncula.
Adapun ilmu-ilmu yang lahir pada periode ini antara lain sebagai berikut:[11]
a.
Ilmu Qiraat,
yaitu ilmu yang erat kaitanya dengan membaca dan memahami Al-Qur’an, ilmu ini
muncul pada masa Khalifah Ustman bin Affan, sebab munculnya adalah karena
adanya dialek bahasa dalam membaca dan memahaminya, oleh karena itu diperlukan
standarisasin bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri.
b.
Tafsir
Al-Quran, yaitu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana telah
diterangkan oleh Rasulullah SAW, baik dengan atyat-ayat Al-Qur’an atau dengan
Sunahnya. Tokohnya yaitu Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibnu
Mas’ud, dan Abdullah ibnu Ka’ab.
c.
Ilmu Hadist,
dalam memutuskan masalah tidak bisa dilepaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai
sumber utama. Tokohnya antara lain, Abdullah ibnu Mas’ud, Ma’gal ibnu Yasar,
Ibadah ibnu As-Samit, dan Abu Darda.
d.
Khat Al-Qur’an,
yaituilmu yang berkaitan denga penulisan Al-Qur’an. Pada masa Rasulullah SAW
telah dikenal ilmu Khat Al-Qur’an, yaitu dilakukan setelah Rasulullah mendapat
wahyu kemudia pada masa Abu Bakar diadakan pembukuan Al-Qur’an dan ditulis
dengan menggunakan Khat.
e.
Ilmu Fikih,
tokohnya: Umar bin Khattab, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Mas’ud, Anas bin Malik, Muaz bin jabal, dan Abdullah bi Amr bi Ash.
f.
Ilmu Nahwu,
ilmu ini berkembang di basrah dan Kufah. Tokoh pelopor pertama dalam bidang ini
adalah Ali bin Abi Thalib
g.
Ilmu Sastra,
pertumbuhan sastra pada masa KHulafaurrasyidin sangat dipengaruhi dengan Al-Qur’an
sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam berdakwah
diperlukan bahasa yang indah.
h.
Ilmu
Arsitektur, dimulai dari Masjid Quba oleh Rasulullah. Beberapa bangunan kota
yang didirikan pada masa khulafaurrasyidin adalah kota Basrah tahun 14-15 H
dengan arsitektur Utbah Ibnu Gazwah, kota Kufah dibanguna pada tahun 17 H
dengan arsitek Salman Al-Farisi, serta kota Fustat yang dibanguna pada tahun 21
H atas usulan khlifah Umar bin Khattab.
C.
Masa Pemerintahan Dinasti Umayyah
Nama Dinasti umayyah dinisbatkan kepada
Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di
tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Dinasti Umayyah yang didirikan oleh
Muawiyah bin Abu Sofyan bin Harb itu kurang lebih dipimpin oleh 14
khalifah, diantara dari beberapa khalifah
tersebut yang terbesar, antara lain:[12]
1.
Muawiyah bian Abu Sofyan
Muawiyah merupakan seorang pemimpin yang
sempurna, besar dan berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang
penguasa, politikus, dan administrator. Hal itu terlihat dari beberapa hal
sebagai berikut:
a.
Sebagai seorang administarator Muawiyah sangat bijaksana
dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatna penting.
b.
Memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati,
bahkan mencapai titik “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para
pembesar Mekah zaman dulu.
Muawiyah bin Abu Sofyan adalah bapak pendiri
Dinasti Umayyah dialah tokoh pembangunan yanag besar. Bahkan kesalahannya yang
mengkhianati prinsip pemilihan kepala negara
oleh rakyat, dapat dilupakan ketena jasa-jasa dan kebijakan potiknya yanag
mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali
berdamai dengannya pada tahun 41 H, yaitu setelah adanya peistiwa Amul
Jama’ah.
Beberapa jasa-jasa Muawiyah selaama masa
pemerintahannya antara lain:
a.
Mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda
yang selalau siap di setiapa pos.
b.
Mendirikan kantor cap ( percetakan mata uang)
2.
Abdul Malik
Abdul Malik adalah orang kedua ayang terbesar dalam
deretan para khalifah Bani Umayyah yang disebut-sebut sebagai pendiri kedua bagi
kedaulahan Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di
bidang fiqh. Ia ditelah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah
dan wibawa kekuasaan keluaraga Umayyah dari segala pengacau negara yang
merajalela pada masa-masa sebelumnya. Selain
berhasil memperbaiki saluran-saluran air sungai Eufrat dan Tigris,
memajukan perdagangan, dan memperbaiki sistem ukuran timbangan, takaran dan
keuangan, menyempurnakan tulisan mushaf Al-Qur’an dengan titik-titik pada huruf tertentu.[13]
3.
Umar bin Abdul Aziz
Umar bian Abdul Aziz ini meskipun masa
pemerintahannya sangat singkat, namun Umar merupakan lembaran putih Bani
Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak
terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah yang banyak
disesali. Ia merupakam personifikasi seorang khalifah yang taqwa dan bersih, suatu
sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.
Umar bin Abdul Aziz menghabiskan waktunya di
Madinah untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya ilmu hadis dan ketika
menjadi khalifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menuliskan hadis, dan
inilah perintah resmi pertama dari penguasa Islam. Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian, memakai wewangian
dengan rambut yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga metode Umar
ditiru banyak orang di masanya.
Beberapa kebijakan Umar bin Abdul Aziz antara lain:
a.
Mengembalikan
tanah-tanah yang dihibahkan kepadanya dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
lamanya serta menjual barang-barang mewahnya untuk diserahkan hasil
penjualannya ke Baitul Mal.
b.
Mengadakan
perdamaian antara Amawiyah dan Syi’ah serta Khawarij
c.
Menghentikan
peperangan dan mencegah caci maki terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib dalam
Khutbah Jum’at.
d.
Memperbaiki
segala tatanan yang ada di masa kekhalifahanya, seperti menaikkan gaji para
gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan member santunan kepada fakir miskin,
dan memperbarui Dinas Pos. Selain itu ia juga menyamakan kedudukan orang-orang
non-Arab sebagai warga Negara kelas dua, dengan orang Arab ia mengurangi beban
pajak dan menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam baru.[14]
4.
Kemajuan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan pada masa Bani Umayyah.
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,
di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, akan
tetapi Bani Umayyah juga berhasil dalam bidang Ilmu Pengetahuan, antara lain
sebagai berikut:[15]
a.
Pengembangan
Bahasa Arab
Para
penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah (Negara), kemudian
dikuatkannya dan dikembangkanlah Bahasa Arab dalam wilayah kerajaan Islam.
Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi
dalam tata usaha Negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat
harus menggunakan Bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa Romawi atau
bahasa Persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka dan di Persia sendiri.
b.
Marbad Kota
Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti
Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan
Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di kota Marbad inilah berkumpul para
pujangga, filsuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini
diberi gelar Ukadz-nya Islam.
c.
Ilmu Qiraat
Ilmu
Qiraat adalah ilmu seni bacaan Al-Qur’an. Ilmu Qiraat merupak ilmu Syari’at
tertua, yang telah dibina sejak zaman Khulafaurrasyidin. Kemudian masa Dinasti
Umayyah dikembangluaskan sehingga menjadi cabang Ilmu Syari’at yang sangat
penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin
Qusair dan Ashim bin Abi Nujud.
d.
Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci diperlukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan Al-Qur’an dikalangan
umat Islam bertambah. Pada masa perintisan Ilmu tafsir, ulama yang membukukan
Ilmu Tafsir yaitu Mujahid
e.
Ilmu Hadis
Ketika
kaum muslimin telah berusaha memahami Al-Qur’an, ternyata ada satu hal yang
juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan Nabi yang disebut Hadis. Oleh karena
itu, timbullah usaha unuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usulnya,
sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan Ilmu
hadis. Di antara para ahli Hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah
adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah, dan
Asya’bi Abu Amru bin Syurahbil.[16]
f.
Ilmu Fiqh
Setelah
Islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya
peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Mereka kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis dan mengeluarkan Syari’at dari kedua
sumber tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-Qur’an
adalah dasar fiqh Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang
Ilmu Syari’at yang berdiri sendiri. Diantara ahli fiqh yang terkenal adalah
Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan
Kharijah.
g.
Ilmu Nahwu
Pada
masa Dinasti Umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas, khususnya ke
wilayah di luar Arab, maka Ilmu Nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut
disebabkan pula bertambahnya orang-orang ajam (non-Arab) yang masuk Islam,
sehingga keberadaan Bahasa Arab sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
dibukukanlah Ilmu Nahwu dan berkembanglah satu cabang ilmu yang penting untuk
mempelajari berbagai Ilmu Agama Islam.
h.
Ilmu Jughrafi
dan Tarikh
Jughrafi dan Tarikh pada masa Dinasti Umayyah telah berkembang
menjadi ilmu tesendiri. Demikian pula Ilmu Tarikh ( ilmu sejarah), baik sejarah
maupun sejarah islam pada khususnya. Adanya pengembangan dakwah islam ke
daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulakan gairah untuk mengarang Ilmu
Jughrafi (ilmu bumi atau geografi), demikian pula Ilmu Tarikh. Ilmu Jughrafi
dan Ilmu Tarikh lahir pada masa Dinasti Umayyah, barulah berkembang menjadi
suatu ilmu yang betul-betul berdiri sendiri pada masa ini.[17]
i.
Usaha
Penerjemahan
Untuk
kepentingan pembinaan dakwah Islamiyah, pada masa Dinasti Umayyah dimulai pula
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam Bahasa
Arab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gerkan penerjemahan telah dimulai pada
zaman ini, hanya baru berkembang secara pesat pada zaman Dinasti Abbasiyah.
Demikianlah berbagai kemajuan Ilmu pengetahuan pada Dinasti Umayyah
yang telah berkembang pesat sebagai embrio perkembangan ilmu pengetahuan pada
zaman Dinasti Umayyah[18]
D.
Masa
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas paman Rasulullah SAW, sementara
khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132/750 M, oleh Abul Abbas
Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun
132-656 H (750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan
pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim setelah meninggalnya
Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunana
Rasulullah dan anak-anaknya.[19]
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang begitu lama itu dipimpin
oleh 37 khlifah, diantara yang berpengaruh besar terhadap Dinasti Abbasiyah
yaitu:[20]
1.
Pemerintahan
Abul Abbas Ash-Shafah
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka
memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banayak karena landasannya telah
dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang pertma
memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat
Islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia merupaka revolusi dalam
sejarah Isam, suatu titik balik yang sama pentingnya senga revolusi Prancis,
dan revolusi Rusia di dalam sejarah barat.
Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat Islam menyatakan
setia kepada Abul Abbas Ash-Shafah sebagai khalifah mereka. Ash-Shafah kemudian
dipindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad. Ia menggunakan
sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk mememranagi para pemimpin arab
yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka kecuali Abdurrahman,
yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol. Ash-Shafah juga
memeutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu Umayyah.[21]
2.
Masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid
Pada periode pertama pemerintahan Dinasti Abbasiyah mencapai masa
keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran
masayarakat mencapai puncak tertinggi. Pada periode ini juga berhasil meyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Pada masa Harun Ar-Rasyid ini terjadi kejayaan Dianasti Abbasiyah,
hal itu telihat dari makmurnya Negara pada masa pemerintahannya, kekayaan
melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas
wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Ia juga mendirikan
perpustakaann yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat membaca,
menulis dan berdiskusi.
Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti Al-Qur’an,
Qira’at, Hadis, Fiqh, Ilmu Kalam, Bahasa dn Sastra, disamping itu berkembang
pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi,
aljabar, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dam kimia.
Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemjuan sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan Bahasa Arab, baik sebagai bahasa Administrasi yang sudah berlaku
sejak zaman Dinasti Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Kemajuan
ilmu pengetahuan pada masa itu juga disebabkan oleh 2 hal, yaitu sebagai
beriku:
a.
Terjadinya
asimilasi antara Bahasa Arab dengan bahasa-bahasa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b.
Terjadinya Gerakan penerjemahan buku.
3.
Pekembangan
Ilmu Pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah
a.
Bidang Agama
Kemajuan di bidang agama antara lain dalam bebebrapa bidang ilmu,
yaitu Ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu Kalam, Bahasa, Dan Fiqh.
b.
Bidang Umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang beberapa kajian dalam
bidang Filsafat, Logika, Metafisiska, Matematika, Ilmu Alam, Geometri, Aljabar,
Aritmatika, Mekanika, Astronomi, Musik, kedokteran, Kimia, Sejarah dan
Sastra. [22]
IV.
Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an, manusia secara umum merupakan Khalifah Allah di
muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan
khalifah secar khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammdad SAW sebagai
imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa
sebuah identitas kedaulatan Islam (Negara).
Adapun
sahabat Rasul yang dijadikan sebagai
Khalifah adalah:
1.
Abu Bakar Ash
Shiddiq
2.
Umar bin
Khattab
3.
Ustman bin
Affan
4.
Alin bin Abi
Thalib
Kemajuan ilmu pengetahuan Masa Khulafaurrasyidin, antara lain: Ilmu
Qiraat, Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Hadist, Khat Al-Qur’an, Ilmu Fikih, Ilmu Nahwu,
Ilmu Sastra, Ilmu Arsitektur.
Setelah masa pemerintahan Khualafaurrasyidin, pemerintahan di
pegang oleh Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, juga memberikan pengaruh
yang besar tehadap peradaban Islam. Contohnya pada masa Dinasti Umayyah pada
masa Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz yang membawa
Dinasti Umayyah mencapai Puncak kejayaan. Pada Masa Umayyah ini terjadi pula
perkembangan ilmu pengetahuan antara lain: pengembangan Bahasa Arab, Marbad
sebagai kota pusat kegiatan ilmu, Ilmu Qiraat, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Ilmu
Fiqh, Ilmu Nahwu, Ilmu Jughrafi dan Tarikh, dan Usaha Penerjemahan.
Pada masa Abbasiyah juga mengelami kejayaan salah satunya pada masa
Harun Ar-Rasyid. Pada Masa ini juga terjadi perkembangn ilmu pengetahuan baik
bidang Agama maupun Umum anatara lain: Ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu
Kalam, Bahasa, Fiqh, bidang Filsafat, Logika, Metafisiska, Matematika, Ilmu
Alam, Geometri, Aljabar, Aritmatika, Mekanika, Astronomi, Musik, kedokteran,
Kimia, Sejarah dan Sastra.
[1] Adang Afandi,
Studi Sejarah Islam (Bandung: Putra Abardin, 1995), hlm. 88.
[2] Adang Afandi,
Studi Sejarah Islam , hlm. 90.
[3] Fatah Syukur, Sejarah
Peradaban Islam (Semarang: Pustaka Rizki Utama, 2015), hlm. 51.
[4] Adang Afandi,
Studi Sejarah Islam, hlm. 101.
[5] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 98.
[6] Adang Afandi,
Studi Sejarah Islam , hlm. 120-121.
[7] Imam Fu’adi,Sejarah
Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras,2011), hlm. 34-42.
[8] Fatah Syukur, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 54-55.
[9] Imam Fu’adi,Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 52-55.
[10] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 109.
[11] Adang Afandi, Studi
Sejarah Islam, hlm. 149-150.
[12] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 118-120.
[13] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 124-125.
[14] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 126-128.
[15] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 133-135.
[16] Ibid
[17] Ibid
[18]
Ibid
[19] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 139.
[20] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 140-146.
[21]
Ibid
[22] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 148-152.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar