I.
Pendahuluan
Maqamat
dan Ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh orang yang menjalani
tasawuf sebelum sampai pada tujuan yang dikehendaki. Yang pertama berupa
keaadaan, sedangkan yang kedua merupakan tahapan perjalanan. Keduannya dapat
dibedakan namun sering pula disamakan, bahkan dipertukarkan.
Pernyataan
sufi tentang dua tema tersebut sangat beragam. Keberagaman itu terdapat dalam
pengertian yang dirumuskan, jumlahnya, pembagian urutanya, dan isyarat-isyarat
yang diberikan tentang keduannya. Dibalik keberagaman itu, tentu terdapat
jumlah segi-segi yang mempertemukannya.
Keberagaman
pernyataan para sufi tentang Maqamat dan Ahwal dapat dimengerti. Mereka
memperkatakan tentang keduannya menurut kata hati mereka, dengan berdasarkan
pengalaman yang bersifat individual. Pembicaraan tentang Ahwal dan Maqamat
dalam tasawuf menjaddi berkembang dengan bertambahnya para sufi dari waktu ke
waktu. Sehubung dengan hal itu, maka pada bab ini kami akan membahas tentang
Maqamat dan Ahwal.
II.
Rumusan Masalah
A.
Apa
pengertian Maqamat dan Al-Ahwal?
B.Bagaimana perbedaan, hubungan antara
Maqamat dan Al-Ahwal?
C.Bagaiman tingkatan-tingkatan Maqamat dan Al-Ahwal?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian Maqamat dan Al-Ahwal
Maqamat
dari segi bahasa berarti kedudukan; tempat berpijak dua telapak kaki. Bentuk
jamaknya maqamat mengandung arti “
kedudukan hamba dalam pandangan Allah, menurut apa yang di usahakan berupa
ibadah, latihan dan perjuangan menurut Allah ‘ Azza wa jalla”.Maqam, menurut ‘Abd Al-Razag Al-Qasany, adalah
pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang telah di tetap kan.
Ahwal
adalah bentuk jamak dari hal, yang dari segi bahasa bearti sifat dan keadaan
sesuatu. Dalam Kitab Ishthilahat al-Shuffiyat, ahwal diterangkan sebagai
pemberian yang tercurah kepada seseorang dari Tuhannya, baik sebagai buah dari
amal saleh yang menyucikan jiwa, menjernihkan hati maupn datang dari Tuhan
sebagai pemberian semata, atau Ahwal juga dapat disebut sebagai kondisi atau situasi kejiwaan yang dialami
dan di rasakan oleh seseorang sebagai karunia dari Allah Ahwal merupakan
buah dari amal. Ahwal tidak datang melainkan melalui amal yang benar. Hanya
orang yang berlaku baik dan benar akan mendapatkan anugerah.
B.
Perbedaan dan
Hubungan antara Maqamat dan Al-Ahwal
Perbedaan maqam dan hal adalah maqam bersifat tetap sedangakan hal bersifat sementara, maqam
diusahakan sedangkan hal merupakan anugrah (mawahib). Misalnya taubat yang merupakan bagian dari maqam adalah sesuatau yang
tidak bisa diusahakan akan tetapi ia datang dengan sendirinya dan merupakan pembelian
dari allah sehingga seseorang tidak bisa mengatakan,” saya akan rindu pada Alla” sebenarnya
antara maqam dan hal adalah sesuatu yang saling berdekatan dan berhubungan.
Oleh karena dapat di kata kan bahwa hal sebenarnya merupakan buah dari maqam. [1]
C.
Tingkatan Al-Ahwal
Menurut Ibn
‘Ata’illah berpendapat bahwa Al-Ahwal itu terbagi menjadi 3 bagian menurut tingkatan
para salik itu sendiri yaitu, sebagai berikut:
1. Al-Mubtadi’ adalah Allah SWT menyadarkan hati seorang yang salik dari sifat lalai yang ada pada dirinya, sehingga hatinya akan berada dalam
keadaan sadar. Dengan hal itu,
dapat mengeluarkan diri dari kelalaian hati kepada teranganya cahaya kesadaran.
2. Al- Mutawassit adalah Allah SWT menjadikan hati seorang salik itu
senantiasa hadir dalam mengiangatnya sehingga di lupa kepada yang lainnya.
3. Al-Muntaha adalah Allah SWT menjadikan hati seorang salik itu
senantiasa Syuhud terhadap hakikat Allah.
D.
Tingkatan-tingkatan Maqam Menurut
Ahli
Tingkatan-tingkatan
Maqam menurut beberapa ahli berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Ibn ‘Ata’illah adalah sebagai berikut:
a.
Maqam
Taubat
Taubat
merupakan langkah awal yang harus dilalui seorang salik. Sebelum mencapai Maqam
ini seorang salik tidak bisa mencapai maqam-maqam lainnya. Karena sebuah tujuan
akhir tidak akan dapat dicapai tanpa adanya langkah awal yang benar. Menurut
pandangan Ibn ‘Ata’illah cara melakukan taubat dengan bertafakkur dan
berkhalwat.
b.
Maqam
Zuhud
Dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah Zuhud itu dibagi menjadi 2
macam: pertama, Zuhud Zahir jalli seperti Zuhud dari perbuatan berlebih-lebihan
dalam hal apapun. Kedua, Zuhud
batin Khafi seperti Zuhud dari segala bentuk kemimpian dan lain-lain.
c.
Maqam
Sabar
Dalam
hal ini sabar dibagi menjadi 3 yaitu, sabar terhadap perkara haram, sabar
terhadap kewajiban,dan sabar terhadap
segala perencanaan dan usaha.
Sabar
merupakan suatu maqam yang diperoleh melalui usaha salik sendiri. Namun, sabar
adalah suatu Anugerah yang diberikan Allah kepada salik dan orng-orang yang
dipilihnya.
d.
Maqam
Syukur
Syukur
dalam pandangan Ibn ‘Ata’illah terbagi menjadi 3 macam yaitu, syukur dengan
lisan, syukur dengan anggota tubuh, syukur dengan hati.
e.
Maqam
Khauf
Seorang salik dapat mencapai derajat Maqam Khauf apabila
dia merasa takut atas sirnannya Hal dan Maqamnya, karena dia tahu bahwa Allah
memiliki kepastian hukum dan kehendak yang tidak dapat dicegah. Ketika Allah berkehendak untuk mencabut suatu maqam dan hal yang
ada pada diri salik, seketika itu juuga Allah mencabutnya.
f.
Maqam
raja’
Raja’
bukan semata-mata berharap, raja’ harus disertai dengan perbuatan. Jika Raja
hanya berupa harapan tanpa perbuatan, maka tidak lain itu hanyalah sebuah
angan-angan atau impian belaka. Dengan demikian wajib bagi seorang salik untuk
menyertakan raja’nya dengan amal kepatuhan, dan peribadatan yang dapat
mendekatkan dirinya kepada Allah secara kontinu.
g.
Maqam
Ridha dan Tawakal
Ridha
adalah penerimaan secara total terhadap ketentuan dan kepastian Allah. Maqam Ridha
bukanlah maqam yang diperoleh atas usaha salik sendiri. Akan tetapi Ridha
adalah anugerah yang diberikan Allah.
Jika
maqam ridha sudah ada dalam diri salik, maka sudah pasti maqam tawakkal juga
akan terwujud. Oleh karena itu, ada hubungan yang erat antara maqam ridha
dengan maqam tawakkal. Orang ridha terhadap ketentuan dan kepastian Allah, dia
akan menjadikan Allah sebagai penuntut dalam segala urusannya, dia akan
berpegang teguh kepadanya, dan yakin bahwa dia akan yang terbaik bagi dirinya.
h.
Maqam
Mahabbah
Mahabbah (cinta) kepada Allah adalah tujuan luhur dari
seluruh maqam, titik puncak dari seluruh derajat. Tiada lagi maqam setelah
mahabbah, karena mahabbah adalah hasil dari seluruh maqam, menjadi akibat dari
seluruh maqam, seperti rindu, senang, ridha dan lain-lain.[2]
2.
Menurut Abu Said
Bin Abi Al- Khair, salah seorang sufi abad ke -4 H ini, mengatakan bahwa
Maqamat, itu ada empat puluh (al- maqamat al- Arm ba’in), yaitu: niat inabat
(penyesalan), tobat, iradat (kendali diri), mujahadah (perjuangan
batin), muraqabah (mawas diri),
sabar, zikir, rida, mukhalafat an-nafs ( melawan hawa
nafsu), mufakat, taslim (penyerahan),
tawakal, Zuhud, ibadah, wara’ (menjauhi yang tak
halal), ikhlas, sidiq (benar / jujur), al-khauf (takut akan ke murkaan Allah
SWT), raja’ (mengharap kan
rahmat Allah SWT), fana (peleburan diri), baqa (hidup kekal), ‘ilm al-yaqin (ilmu yaqin), baqqa al-yaqin (benar-benar yaqin), makrifat
atau mengenal, juhud (usaha keras), wilayat (kewalian), mehabbah atau cinta, wijd (ekstase), qurb (kedekatan) tafakur (perenungan), wishal (kontak atau hubungan), kasyf (tersingkapnya hijab atau
dinding yang membatasi hati manusia dan Allah SWT), khidmat (pelayanan) tajrid atau tajarrud (pembersihan diri), tajrid(kesendirian), insibath (perluasan), tahqiq (penentuan kebenaran) nihayat (tujuan akhir yang luhur), dan
tasawuf.
3.
Abu bakar al
kalabazi menyebutkan bahwa maqam ada sepuluh yaitu :
tobat, zuhud, sabar, fakir (miskin), tawadhu’(
rendah hati), tawakal, ridha, mahabbah (cinta), ma’rifat.
4.
Abu nasr as
sarraj at tusi (sufi dan tokoh fundamentalisme tasawuf) dalam
bukunya, kitab al luma’ (bekal hidup),
menyebutkan hanya tujuh maqam, yaitu : tobat,
wara’, zuhud, fakir, sabar, tawakal, dan ridha.[3]
IV. Kesimpulan
Maqamat
mengandung arti “ kedudukan hamba dalam pandangan Allah, menurut apa yang di
usahakan berupa ibadah, latihan dan perjuangan menurut Allah ‘ Azza wa jalla.
Dalam Kitab Ishthilahat al-Shuffiyat, ahwal diterangkan sebagai pemberian
yang tercurah kepada seseorang dari Tuhannya, baik sebagai buah dari amal saleh
yang menyucikan jiwa, menjernihkan hati maupn datang dari Tuhan sebagai
pemberian semata.
Menurut Ibn
‘Ata’illah berpendapat bahwa Al-Ahwal
itu terbagi menjadi 3 bagian yaitu: Al-Mubtadi’, Al- Mutawassit, Al-Muntaha.
Tingkatan-tingkatan Maqamat secara garis besar ada 8
yaitu: Maqam Taubat, Maqam Zuhud, Maqam Sabar, Maqam Syukur, Maqam Khauf, Maqam
raja’, Maqam Ridha dan Tawakal, dan Maqam Mahabbah.
DAFTAR PUSTAKA
Napiah, Otman. 2001. Ahwal dan Maqamat dalam Ilmu tasawuf. Johar Malaysia. Universitas Teknologi Malaysia.
Nasution, Harun. 1995. falsafat dan Mistisisme dalam islam. Jakarta. Bulan Bintang.
Abu Lubis Ma’luf. 2011. Al-Munjid fi al- lughah Wa al- A’lam. Bairut. Dar
al- Masyriq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar