Jumat, 01 April 2016

Teori Kurikulum



I.                   Pendahuluan
Dari tahun ketahun pendidikan selalu mengalami perkembangan yang pesat layaknya teknologi, hal tersebut disebabkan oleh upaya perbaikan kualitas dan peneyempurnaan pendidikan.  Dengan adanya hal tersebut maka sekolah harus siap menghadapi tantangan-tantangan yang akan menghadang, sehingga harus melakukan perbaikan-perbaikan baik pada fasilitasnya, metode, strategi, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum dan lain-lain.
Pada pemabahasan makalah ini akan menjelaskan tentang teori kurikulum, karena yang kami lihat dilapangan kurikulum lebih banyak datang dari pengalaman praktik sekolah, dibandingkan penerapan dari teori-teori yang sudah mapan. Perubahan maupun penemabahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis.Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itu, masa berlaku suatu kurikulum tidakk bisa lama.

II.                Rumusan Masalah
A.    Apa pengertian Teori Kurikulum?
B.     Bagaimana konsep kurikulum?
C.     Apa saja fungsi Teori Kurikulum?
D.    Bagaimana perkembangan kurikulum?
E.     Apa saja macam-macam Teori Kurikulum?
F.      Apa itu Core Curriculum?

III.             Pembahasan
A.    Pengertian Teori Kurikulum
Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun secara sistematis sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkain kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskripsi atau fungsional, suatu konstruktur fungsional, asumsi-asumsi, hipotesisi, generalisasi, hukum, atau teorem-teorem.Isi rumusan-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkungan dari rentetan kejadian yang dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian disekitar kejadian tersebut.[1]Menurut Kelinger dalam Beauchamp mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu teori yaitu, adanya serangkaian pernyataan yang bersifat universal, dalam pernyataanya tersebut terdapat konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang saling berhubungan, merupakan lawan dari praktik, menampilkan pandangan yang jelas dan sisitematik tentang suatu fenomena, berdasarkan fakta-fakta empiris dan dapat diuji secara empiris, dengan tujuan untuk mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan fenomena.[2]
Sedangkan pengertian teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah.[3]Dengan demikian di dalam sekolah teori kurikulum itu sangat penting, karena dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan, pengembangan, pembinaan, pelaksanaan dan evaluasi kurukulum.Di samping itu teori kurukulum juga memuat pertimbangan-pertimbangan Multi-dimensional yang merupakan sekelompok keputusan tentang tujuan, struktur, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum maupun sistem persekolahan.[4]
B.     Konsep kurikulum
Membicarakan masalah teori kurikulum pada hakikatnya sama dengan memusatkan pembicaraan pada apa yang dimaksudkan oleh schwab dengan The unstable baut usable artis of The practitioner. Pernyataan ini mengandung maksud, bahwa teori kurikulum pada dasarnya bukanlah hal yang stabil kebaradaannya, namun selalu berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian teori kurikulum akan dapat berguna dan memberikan arti penting bagi para praktisi, yaitu mereka yang mengelola dan menjalankan sistem pendidikan.[5]Di dalam konsep kurikulum sendiri hal yang terpenting dan akan menjadi pembahasan  ada 3 hal yaitu sebagai berikut:
1.      Kurikulum sebagai suatu substansi, yaitu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
2.      Kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3.      Kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan serta pengajaran. Tujuan kurikum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulm dan sistem kurikulum. [6]
C.     Fungsi Teori  Kurikulum
Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitanya dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan dan evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dalam kaitan ini, fungsi teori kurikulum meliputi :
1.   Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternatif secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
2.   Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat urutan isi kurikulum.
3.   Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4.   Membantu orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuanya sehingga merangsang untuk diadakanya penelitian lebih lanjut.[7]
5.   Sebagai alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lainnya.
6.   Sebagai suatu strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris.[8]

D.    Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak lepas dari sejarah perkembangannya,yang dimulai pada tahun 1890 oleh Charles dan Mc Murry, tetapi secara definitive berawal dari hasil karya Franklin Babbit tahun 1918, ia memandang bahwa inti teori kurikulum itu sederhan, yaitu kehidupan manusia. kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kacakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatnya maupun jenis lingkunagannya.Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut pengusaan pengetahuan, ketrampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu.Hal-hal tersebut merupakan tujuan kurikulum.
Werret  W. Charles setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charles lebih menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada 2 hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charles yaitu:
1.      Keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain.
2.      Keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mecapai hal tersebut perlu analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun ketrampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sisitematis.
Mulai tahun 1920, karena pendidikan mengalami perkembangan yang pesat, berkembanglah gerakan pendidikan yang berpusat pada anak, sehingga teori kurikulum menekankan pada kehidupan psikologi anak.
Perkembangan teorikurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell, ia mengembangakan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat intekatif.[9]
Pada tahun 1947 di Universitas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang teori kurikulum, yang menghasilkan 3 hal tugas utama dalam teori kurikulum yaitu:
1.      Mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya
2.      Menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnya
3.      Mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan masalah tersebut
Kemudian pada tahun 1949, Ralph W. Tylor mengemukakan 4 pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum yaitu:
1.      Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2.      Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut?
3.      Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4.      Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?[10]
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya pada tahun 1963 saat konferensi nasional perhimpunan pengembang dan pengawas kurikulum yang membahas 2 makalah penting dari George A. Beachamp dan Othanel Smith, menurut pandangannya yang pertama, teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dari ilmu lain, kedua ia berpendapat bahwa peranan filsafat dalam pengembangan teori kurikulum yang bersifat ilmiah.
Pada tahun 1964 James B. Mac Donald melihat teori kurikulum dari model sistem dalam persekolahan, yaitu kurikulum, pengajaran, mengajar dan belajar.
Secara garis besar, menurut Beachamp merangkum perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960-1965.Ia mengidentifikasi adanya 6 komponen kurikulum, yaitu landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Pada tahun 1966 Thomas L. Faix menggunakan analisis structural-fungsional yang berasal dari biolofi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum, menuturnya bahwa fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memeliharan dan mengembangkan strukturnya.
Menurut Mauritz Johnson pada tahun 1967 mengemukakan bahwa kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Kemudian, pada tahun yang sama Jack R. Frymier mengemukakan 3 unsur darar kurikulum, yaitu actor, artifak dan pelaksanaan. [11]
E.     Macam-macam Teori Kurikulum
Teori kurikulum dapat digunakan untuk melukiskan, menjelaskan, dan meramalkan hal yang harus dilakukan atau kemungkinan baru yang akan terjadi. Disamping itu, teori kurikulum juga mengadakan analisis tentang keadaan pendidikan dan dampaknya terhadap masyarakat luas.
Menurut Pinar teori kurikulum dapat di klasifikasikan atas teori tradisionalis, konseptualis-empiris, dan rekonseptualis.Teori tradisionalis adalah teori yang mementingkan transmisi sejumlah pengetahuan dan pengembangan kebudayaan agar fungsi masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Teori konseptualis-empiris adalah teori kurikulum yang menerapkan metode penelitian dalam sains untuk menghasilkan generalisasi yang memungkinkan pendidik untuk meramalkan dan mengendalikan apa yang terjadi di sekolah. Sedangkan teori rekonseptualis adalah teori yang menekankan pada pribadi, pengalaman eksistensial dan interpretasi hidup untuk melukiskan perbedaan dalam masyarakat.
Ahli lain  yaitu Glatthorn mengklarifikasikan teori kurikulum berdasarkan pada ranah penyelidikan kurikulum sehingga teori ini dapat dikelompokan menjadi:[12]
1.      Teori yang berorientasi pada struktur
Teori ini berkaitan dengan usaha untuk menganalisis komponen-komponen kurikulum dan hubungan antar komponen tersebut.Tujuanya adalah untuk memberikan kejelasan interaksi atau hubungan komponen kurikulum dengan lingkungan.Teori ini menjelaskan fenomena kurikulum pada tingkat makro (global) dan mikro (lembaga).
2.      Teori yang berorientasi pada nilai
Teori ini didukung oleh para rekonseptualis yang membahas masalah kemanusiaan.Analisis teori ini didasarkan atas analisis nilai yang bersifat kritis.Tujuan pendidikan menurut teori ini adalah untuk memperlancar perkembangan individu secara otonom dalam mewujudkan dirinya.Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha moral untuk merefleksikan nilai-nilai yang ditanamkan.
3.      Teori yang berorientasi pada bahan
Sesuai dengan orientasinya, teori ini berkaitan dengan pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan kurikulum.Semua kegiatan pendidikan terpusat pada anak. Dalam perkembanganya dikenal ada tiga jenis kurikulum yang terpusat pada pada anak, yaitu:
a.       Pendidikan efektif, yaitu pendidikan yang mengutamankan perkembangan perasaan dan nilai pada anak. Guru dalam pendidikan efektif berperan sebagai fasilitator dan pembangkit minat belajar anak.
b.      Pendidikan terbuka, yaitu pendidikan yang mengutamakan perkembangan sosial-kognitif anak melalui eksplorasi, kegiatan dan pertemuan informal. Guru dalam pendidikan ini berfungsi sebagai penasihat, motivator dan fasilitator.
c.       Pendidikan perkembangan, yaitu pendidikan  yang mengutamakan tingkat perkembangan anak untuk menentukan status, bahan dan sekuens. Guru dalam pendidikan ini berperan sebagai penyelaras kurikulum yang memperlancar perkembangan anak.
4.      Teori yang berorientasi pada proses.
Teori ini menitikberatkan pada proses perkembangan kurikulum, mengadakan analisis sistem dan mengadakan pengkajian strategi unsur pembentukan kurikulum.
F.      Core Curriculum
Apakah corecurriculum itu?Banyak ahli kurikulum yang mengartikan core curriculum.Saylor dan Alexander (1956), misalnya, mengatakan bahwa istilah corecurriculum menunjuk pada satu rencana yang mengoganisasikan dan mengatur (scheduling) bagian utama bagi program pendidikan umum di sekolah. Faunce dan Bossing (1951) mendefinisikan bahwa istilah cor curriculum menunjuk pada pengalaman belajar yang fundamental bagi peserta didik, sebab pengalaman belajar didapat dari (1) kebutuhan atau dorongan secara individual maupun secara umum, dan (2) kebutuhan secara sosial maupun sebagai warga negara masyarakat demokratis.[13]
Alberty (1953) dalam menggunakan istilah corecurriculum dan general Education dalam pendidikan digunakan secara simultan yang akhirnya dia berpendapat atas dua istilah tersebut dengan sebutan core program. Dalam kaitanya cor program tersebut diatasAlberty mengajukan enam tipe (jenis) cor program,yaitu:
1.      Core program terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan secara bebas tanpa sistematika untuk memperuntukan hubungan asing-masing pelajaran itu.
2.      Core program terdiri atas sejumlah pelajaran yang dihubungkan satu dengan yang lainya.
3.      Core program terdiri atas masalah yang luas, unit kerja, atau tema yang disatukan, yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara efektif tentang isi pelajaran tertentu, misalnya matematika, ilmu pengetahuan Alam dan Ilmu pengetahuan sosial.
4.      Core program merupaka mata pelajaran yang dilebur dan disatukan.
5.      Core program merupakan masalah luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial, masalah minat anak (peserta didik).
6.      Core program merupakan unit kerja yang direncanakn oleh siswa (peserta didik) dan guru untuk memenuhi kebutuhan kelompok.[14]
Suatu program pendidikan dikategorikan sebagai corecurriculum, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Program kurikulum inti melengkapi pendidikan umum, dan tujuan program adalah seluas dengan hasil dasar yang dicapai melalui program pendidikan umum.
2.      Kelas dalam kurikulum inti (corecurriculum) disusun atau diatur untuk dua atau lebih periode kelas pada umumnya.
3.      Pengalaman belajar kelompok inti biasanya diorganisasikan berdasarkan pada unit kerja yang luas dan tidak terikat pada subjectmatter (mata pelajaran) tradisional.
4.      Guru kurukulum inti menggunakan metode pelajaran yang lebih fleksibel dan bebas, dan menggunakan prosedur kelompok kerja sama dalam dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar.
5.      Program kurikulum inti menggunakan berbagai macam pengalaman belajar.
6.      Bimbingan merupakan bagian yang pokok dari kegiatan kurikulum inti.
Sedangkan menurut Oliver (1977) yang mengutip pendapat dari The National Association for corecurriculum, bahwa pengorganisasian corecurriculum mengikuti asumsi sebagai berikut :
1.      Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman.
2.      Nilai masyarakat yang menghargai diri seseorang.
3.      Masyarakat yang memberikan keleluasaan warga dalam proses pembuatan keputusan.
4.      Luas dan aktivitas belajar (dikelas) ditentukan dengan penjatah waktu.
5.      Mengajar dan membimbing beberapa aspek bimbingan merupakan fungsi pelengkap bagi guru.[15]
Disiplin akademik (mata pelajaran) tradisional ini tidak memungkinkan menerima secara teoritis terhadap nilai yang bersifat edukasional. Dalam kaitan ini, Broudy, Smith dan Burnett (1964) berargumentasi, bahwa kurikulum sebagai satu jenis “pemetaan budaya (Cultural maps)” dam mereka mengklarifikasikan isi kurikulum ke dalam lima kelompok, yang selanjutnya diuraikan oleh Jenkins (1976) sebagai Berikut :
1.      Bentuk pengetahuan yang digunakan sebagai alat berpikir simbolik, komunikasi dan belajar.
2.      Bentuk pengetahuan berupa fakta dasar yang sistematis dan hubungan antar fakta tersebut.
3.      Bentuk pengetahuan yang menggambarkan masalah masa depan dan mencoba mengatur aktivitas yang sesuai dengan aturan sosial (masyarakat).
4.      Bentuk pengetahuan  yang merupakan informasi yang terorganisasi sepanjang perkembangan budaya.
5.      Sifat integratif dan disiplin inspirasional yang menciptakan sintesis seman nilai dalam bentuk ilmu filsafat, teologi dan kerja seni.

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengkaji corecurriculum (kurikulum inti). Pendekatan tersebut meliputi :[16]
1.      Pendekatan yang berorientasi pada masalah.
Pendekatan yang berorientasi pada masalah dalam corecurriculum diusulkan oleh Kluckholn dan Strodbeck (1961). Dalam pendekatan ini mereka mengajukan lima postulat masalah pokok yang dihadapi semua peserta didik setiap waktu yaitu :
a.       Karakter manusia
b.      Hubungan alam dengan manusia
c.       Pandangan manusia dengan waktu
d.      Hubungan manusia dengan kegiatan
e.       Hubungan manusia satu dengan manusia yang lain.
2.      Pendekatan kultural
Pendekatan kultural terhadap corecurriculum menyatakan bahwa pertimbangan mengenai kebudayaan kultur yang merupakan perwujudan dalam semua masyarakat pada setiap waktu dan sekolah akan menyajikan pandangan yang muktahir tentang kondisi masyarakatnya. Karena sekolah memperoleh perlakuan yang bersifat universal ini, kemudian sekolah diberi peluang dalam mengembangkan kurikulumnya yang berhubungan dengan kekhususan (sifat khas) lingkunganya.
Hal tersebut diatas meliputi penjelajahan peranan dalam mengembangkan dan menginterpretasikan budaya setempat (daerah) apakah bersifat regional, ethnical (kesukuan) atau didasarkan oleh kelas sosial.Pendekatan ini didukung oleh Chanan dan Gilchrist (1974) dan Skillbeck (1976) dengan model pengembangan kurikulum berdasarkan sekolah. Model pengembangan kurikulum demikian  analisisnya didasarkan pada kekuatan kontrol bagi keputusan kurikulum yang terletak di sekolah atau masyarakat sekitarnya .[17]

IV.             Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, dapat disumpulkan bahwa teori kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, dan mempunyai pengaruh besar terhadap implementasi dan pengembangan kurikulum.Teori kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan dan memprediksi bagaimana praktik kurikulum.sehingga teori kurikulum memberikan fungsi pokok dalam kurikulum antara lain: suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah dan Sebagai suatu strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris.
Disamping itu teori kurikulum juga mengalami perkembangan sesuai pengaruh globalisasi yang saat ini terjadi, sehingga sekolah dapat menggunakan berbagai macam teori kurikulum yang sesuai dengan keadaan masing-masing, dan akan berakibat pada implementasi program yang maksimal karena sesuai dengan teori yang telah ada.







[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), hal. 24-25.
[2] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 18-19.
[3]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…..hal. 26.
[4] Sa’dun Akbar, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS, (Yogjakarta: Cipta Media, 2010), hal. 36.
[5]Sa’dun Akbar, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS,….hal. 37.
[6]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 26-27.
[7]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 27.
[8]Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,…hal. 19.
[9]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 28.
[10]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 29.
[11]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 30.
[12]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1993), hal 6-9.
[13]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum,….hal. 10.
[14]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum,….hal. 11-13.
[15]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum,….hal. 14-16.
[16]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum,….hal. 18.
[17]Subandijah, Pengembangan Inovasi Kurikulum,….hal. 19-20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar