I.
Pendahuluan
Dari
tahun ketahun pendidikan selalu mengalami perkembangan yang pesat layaknya
teknologi, hal tersebut disebabkan oleh upaya perbaikan kualitas dan
peneyempurnaan pendidikan. Dengan adanya
hal tersebut maka sekolah harus siap menghadapi tantangan-tantangan yang akan
menghadang, sehingga harus melakukan perbaikan-perbaikan baik pada
fasilitasnya, metode, strategi, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum dan
lain-lain.
Pada
pemabahasan makalah ini akan menjelaskan tentang teori kurikulum, karena yang
kami lihat dilapangan kurikulum lebih banyak datang dari pengalaman praktik
sekolah, dibandingkan penerapan dari teori-teori yang sudah mapan. Perubahan
maupun penemabahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya
kebutuhan-kebutuhan praktis.Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itu,
masa berlaku suatu kurikulum tidakk bisa lama.
II.
Rumusan
Masalah
A.
Apa
pengertian Teori Kurikulum?
B.
Bagaimana
konsep kurikulum?
C.
Apa
saja fungsi Teori Kurikulum?
D.
Bagaimana
perkembangan kurikulum?
E.
Apa
saja macam-macam Teori Kurikulum?
F.
Apa
itu Core Curriculum?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
Teori Kurikulum
Teori merupakan
suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun secara
sistematis sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkain
kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi
deskripsi atau fungsional, suatu konstruktur fungsional, asumsi-asumsi,
hipotesisi, generalisasi, hukum, atau teorem-teorem.Isi rumusan-rumusan
tersebut ditentukan oleh lingkungan dari rentetan kejadian yang dicakup, jumlah
pengetahuan empiris yang ada dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan
penelitian disekitar kejadian tersebut.[1]Menurut
Kelinger dalam Beauchamp mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu teori
yaitu, adanya serangkaian pernyataan yang bersifat universal, dalam
pernyataanya tersebut terdapat konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang
saling berhubungan, merupakan lawan dari praktik, menampilkan pandangan yang
jelas dan sisitematik tentang suatu fenomena, berdasarkan fakta-fakta empiris
dan dapat diuji secara empiris, dengan tujuan untuk mendiskripsikan,
menjelaskan, memprediksi, dan memadukan fenomena.[2]
Sedangkan pengertian teori kurikulum
adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum
sekolah.[3]Dengan
demikian di dalam sekolah teori kurikulum itu sangat penting, karena dijadikan
sebagai rujukan
dalam penyusunan, pengembangan, pembinaan, pelaksanaan dan evaluasi kurukulum.Di
samping itu teori kurukulum juga memuat pertimbangan-pertimbangan
Multi-dimensional yang merupakan sekelompok keputusan tentang tujuan, struktur,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum maupun sistem persekolahan.[4]
B.
Konsep
kurikulum
Membicarakan masalah teori kurikulum pada hakikatnya
sama dengan memusatkan pembicaraan pada apa yang dimaksudkan oleh schwab dengan
The unstable baut usable artis of The practitioner. Pernyataan ini mengandung
maksud, bahwa teori kurikulum pada dasarnya bukanlah hal yang stabil kebaradaannya, namun selalu berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian teori kurikulum
akan dapat berguna dan memberikan arti penting bagi para praktisi, yaitu mereka
yang mengelola dan menjalankan sistem pendidikan.[5]Di dalam konsep kurikulum sendiri hal yang terpenting dan akan
menjadi pembahasan ada 3 hal yaitu
sebagai berikut:
1.
Kurikulum
sebagai suatu substansi, yaitu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana
kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat
tujuan yang ingin dicapai.
2.
Kurikulum
sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian
dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu
sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana
cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3.
Kurikulum
sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang
kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan serta pengajaran. Tujuan kurikum
sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulm dan sistem
kurikulum. [6]
C.
Fungsi
Teori Kurikulum
Teori kurikulum memiliki fungsi
yang sangat penting dalam kaitanya dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan
dan evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dalam kaitan
ini, fungsi teori kurikulum meliputi :
1. Sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternatif secara rinci
dalam perencanaan kurikulum.
2. Sebagai
landasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat
urutan isi kurikulum.
3. Sebagai
pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4. Membantu
orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuanya sehingga merangsang untuk diadakanya penelitian lebih lanjut.[7]
5. Sebagai
alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peserta didik
dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lainnya.
6. Sebagai
suatu strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan
data-data empiris.[8]
D.
Perkembangan
Teori Kurikulum
Perkembangan
teori kurikulum tidak lepas dari sejarah perkembangannya,yang dimulai pada
tahun 1890 oleh Charles dan Mc Murry, tetapi secara definitive berawal dari
hasil karya Franklin Babbit tahun 1918, ia memandang bahwa inti teori kurikulum
itu sederhan, yaitu kehidupan manusia. kehidupan manusia meskipun berbeda-beda
pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. pendidikan
berupaya mempersiapkan kecakapan-kacakapan tersebut dengan teliti dan sempurna.
Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk terjun dalam kehidupan sangat
bermacam-macam, bergantung pada tingkatnya maupun jenis lingkunagannya.Setiap
tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut pengusaan pengetahuan, ketrampilan,
sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu.Hal-hal tersebut merupakan tujuan
kurikulum.
Werret W. Charles setuju dengan konsep Bobbit
tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum.
Charles lebih menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada
2 hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charles yaitu:
1.
Keduanya
setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam
pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain.
2.
Keduanya
bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan
sebagai orang dewasa. Untuk mecapai hal tersebut perlu analisis tentang
tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun ketrampilan, pengetahuan,
sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dalam
kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun
kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sisitematis.
Mulai tahun 1920, karena pendidikan mengalami perkembangan yang
pesat, berkembanglah gerakan pendidikan yang berpusat pada anak, sehingga teori
kurikulum menekankan pada kehidupan psikologi anak.
Perkembangan teorikurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis
Caswell, ia mengembangakan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau
pekerjaan maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat intekatif.[9]
Pada tahun 1947 di Universitas Chicago berlangsung diskusi besar
pertama tentang teori kurikulum, yang menghasilkan 3 hal tugas utama dalam
teori kurikulum yaitu:
1.
Mengidentifikasi
masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan
konsep-konsep yang mendasarinya
2.
Menentukan
hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnya
3.
Mencari
atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk memecahkan
masalah tersebut
Kemudian pada tahun 1949, Ralph W. Tylor mengemukakan 4 pertanyaan
pokok yang menjadi inti kajian kurikulum yaitu:
1.
Tujuan
pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2.
Pengalaman
pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut?
3.
Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4.
Bagaimana
kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?[10]
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya pada tahun 1963 saat
konferensi nasional perhimpunan pengembang dan pengawas kurikulum yang membahas
2 makalah penting dari George A. Beachamp dan Othanel Smith, menurut
pandangannya yang pertama, teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat
dengan pengembangan teori dari ilmu lain, kedua ia berpendapat bahwa peranan
filsafat dalam pengembangan teori kurikulum yang bersifat ilmiah.
Pada tahun 1964 James B. Mac Donald melihat teori kurikulum dari
model sistem dalam persekolahan, yaitu kurikulum, pengajaran, mengajar dan
belajar.
Secara garis besar, menurut Beachamp merangkum perkembangan teori
kurikulum antara tahun 1960-1965.Ia mengidentifikasi adanya 6 komponen
kurikulum, yaitu landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa
kurikulum evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Pada tahun 1966 Thomas L. Faix menggunakan analisis structural-fungsional
yang berasal dari biolofi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep
kurikulum, menuturnya bahwa fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses
bagaimana memeliharan dan mengembangkan strukturnya.
Menurut Mauritz Johnson pada tahun 1967 mengemukakan bahwa
kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan kurikulum, tetapi sistem
pengembangan bukan kurikulum. Kemudian, pada tahun yang sama Jack R. Frymier
mengemukakan 3 unsur darar kurikulum, yaitu actor, artifak dan pelaksanaan. [11]
E.
Macam-macam
Teori Kurikulum
Teori kurikulum dapat
digunakan untuk melukiskan, menjelaskan, dan meramalkan hal yang harus
dilakukan atau kemungkinan baru yang akan terjadi. Disamping itu, teori
kurikulum juga mengadakan analisis tentang keadaan pendidikan dan dampaknya
terhadap masyarakat luas.
Menurut Pinar teori
kurikulum dapat di klasifikasikan atas teori tradisionalis,
konseptualis-empiris, dan rekonseptualis.Teori tradisionalis adalah teori yang
mementingkan transmisi sejumlah pengetahuan dan pengembangan kebudayaan agar
fungsi masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Teori konseptualis-empiris
adalah teori kurikulum yang menerapkan metode penelitian dalam sains untuk
menghasilkan generalisasi yang memungkinkan pendidik untuk meramalkan dan
mengendalikan apa yang terjadi di sekolah. Sedangkan teori rekonseptualis
adalah teori yang menekankan pada pribadi, pengalaman eksistensial dan
interpretasi hidup untuk melukiskan perbedaan dalam masyarakat.
Ahli lain yaitu Glatthorn mengklarifikasikan teori
kurikulum berdasarkan pada ranah penyelidikan kurikulum sehingga teori ini
dapat dikelompokan menjadi:[12]
1. Teori
yang berorientasi pada struktur
Teori ini berkaitan
dengan usaha untuk menganalisis komponen-komponen kurikulum dan hubungan antar
komponen tersebut.Tujuanya adalah untuk memberikan kejelasan interaksi atau
hubungan komponen kurikulum dengan lingkungan.Teori ini menjelaskan fenomena
kurikulum pada tingkat makro (global) dan mikro (lembaga).
2. Teori
yang berorientasi pada nilai
Teori ini didukung oleh
para rekonseptualis yang membahas masalah kemanusiaan.Analisis teori ini
didasarkan atas analisis nilai yang bersifat kritis.Tujuan pendidikan menurut
teori ini adalah untuk memperlancar perkembangan individu secara otonom dalam
mewujudkan dirinya.Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha moral untuk
merefleksikan nilai-nilai yang ditanamkan.
3. Teori
yang berorientasi pada bahan
Sesuai dengan
orientasinya, teori ini berkaitan dengan pemilihan dan pengorganisasian
bahan-bahan kurikulum.Semua kegiatan pendidikan terpusat pada anak. Dalam
perkembanganya dikenal ada tiga jenis kurikulum yang terpusat pada pada anak,
yaitu:
a. Pendidikan
efektif, yaitu pendidikan yang mengutamankan perkembangan perasaan dan nilai
pada anak. Guru dalam pendidikan efektif berperan sebagai fasilitator dan
pembangkit minat belajar anak.
b. Pendidikan
terbuka, yaitu pendidikan yang mengutamakan perkembangan sosial-kognitif anak
melalui eksplorasi, kegiatan dan pertemuan informal. Guru dalam pendidikan ini
berfungsi sebagai penasihat, motivator dan fasilitator.
c. Pendidikan
perkembangan, yaitu pendidikan yang
mengutamakan tingkat perkembangan anak untuk menentukan status, bahan dan
sekuens. Guru dalam pendidikan ini berperan sebagai penyelaras kurikulum yang
memperlancar perkembangan anak.
4. Teori
yang berorientasi pada proses.
Teori ini
menitikberatkan pada proses perkembangan kurikulum, mengadakan analisis sistem
dan mengadakan pengkajian strategi unsur pembentukan kurikulum.
F. Core
Curriculum
Apakah corecurriculum
itu?Banyak ahli kurikulum yang mengartikan core curriculum.Saylor dan Alexander
(1956), misalnya, mengatakan bahwa istilah corecurriculum menunjuk pada satu
rencana yang mengoganisasikan dan mengatur (scheduling) bagian utama bagi
program pendidikan umum di sekolah. Faunce dan Bossing (1951) mendefinisikan
bahwa istilah cor curriculum menunjuk pada pengalaman belajar yang fundamental
bagi peserta didik, sebab pengalaman belajar didapat dari (1) kebutuhan atau
dorongan secara individual maupun secara umum, dan (2) kebutuhan secara sosial
maupun sebagai warga negara masyarakat demokratis.[13]
Alberty
(1953) dalam menggunakan istilah corecurriculum dan general Education dalam
pendidikan digunakan secara simultan yang akhirnya dia berpendapat atas dua
istilah tersebut dengan sebutan core program. Dalam kaitanya cor program
tersebut diatasAlberty mengajukan enam tipe (jenis) cor program,yaitu:
1. Core
program terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan
secara bebas tanpa sistematika untuk memperuntukan hubungan asing-masing
pelajaran itu.
2. Core
program terdiri atas sejumlah pelajaran yang dihubungkan satu dengan yang
lainya.
3. Core
program terdiri atas masalah yang luas, unit kerja, atau tema yang disatukan,
yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara efektif tentang isi
pelajaran tertentu, misalnya matematika, ilmu pengetahuan Alam dan Ilmu
pengetahuan sosial.
4. Core
program merupaka mata pelajaran yang dilebur dan disatukan.
5. Core
program merupakan masalah luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial,
masalah minat anak (peserta didik).
6. Core
program merupakan unit kerja yang direncanakn oleh siswa (peserta didik) dan
guru untuk memenuhi kebutuhan kelompok.[14]
Suatu program pendidikan dikategorikan sebagai
corecurriculum, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Program
kurikulum inti melengkapi pendidikan umum, dan tujuan program adalah seluas
dengan hasil dasar yang dicapai melalui program pendidikan umum.
2. Kelas
dalam kurikulum inti (corecurriculum) disusun atau diatur untuk dua atau lebih
periode kelas pada umumnya.
3. Pengalaman
belajar kelompok inti biasanya diorganisasikan berdasarkan pada unit kerja yang
luas dan tidak terikat pada subjectmatter (mata pelajaran) tradisional.
4. Guru
kurukulum inti menggunakan metode pelajaran yang lebih fleksibel dan bebas, dan
menggunakan prosedur kelompok kerja sama dalam dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar.
5. Program
kurikulum inti menggunakan berbagai macam pengalaman belajar.
6. Bimbingan
merupakan bagian yang pokok dari kegiatan kurikulum inti.
Sedangkan menurut Oliver (1977) yang mengutip
pendapat dari The National Association for corecurriculum, bahwa
pengorganisasian corecurriculum mengikuti asumsi sebagai berikut :
1. Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman.
2. Nilai
masyarakat yang menghargai diri seseorang.
3. Masyarakat
yang memberikan keleluasaan warga dalam proses pembuatan keputusan.
4. Luas
dan aktivitas belajar (dikelas) ditentukan dengan penjatah waktu.
5. Mengajar
dan membimbing beberapa aspek bimbingan merupakan fungsi pelengkap bagi guru.[15]
Disiplin akademik (mata pelajaran) tradisional ini
tidak memungkinkan menerima secara teoritis terhadap nilai yang bersifat
edukasional. Dalam kaitan ini, Broudy, Smith dan Burnett (1964) berargumentasi,
bahwa kurikulum sebagai satu jenis “pemetaan budaya (Cultural maps)” dam mereka
mengklarifikasikan isi kurikulum ke dalam lima kelompok, yang selanjutnya diuraikan
oleh Jenkins (1976) sebagai Berikut :
1. Bentuk
pengetahuan yang digunakan sebagai alat berpikir simbolik, komunikasi dan
belajar.
2. Bentuk
pengetahuan berupa fakta dasar yang sistematis dan hubungan antar fakta
tersebut.
3. Bentuk
pengetahuan yang menggambarkan masalah masa depan dan mencoba mengatur
aktivitas yang sesuai dengan aturan sosial (masyarakat).
4. Bentuk
pengetahuan yang merupakan informasi
yang terorganisasi sepanjang perkembangan budaya.
5. Sifat
integratif dan disiplin inspirasional yang menciptakan sintesis seman nilai
dalam bentuk ilmu filsafat, teologi dan kerja seni.
Ada
dua pendekatan yang digunakan dalam mengkaji corecurriculum (kurikulum inti).
Pendekatan tersebut meliputi :[16]
1. Pendekatan
yang berorientasi pada masalah.
Pendekatan yang berorientasi
pada masalah dalam corecurriculum diusulkan oleh Kluckholn dan Strodbeck
(1961). Dalam pendekatan ini mereka mengajukan lima postulat masalah pokok yang
dihadapi semua peserta didik setiap waktu yaitu :
a. Karakter
manusia
b. Hubungan
alam dengan manusia
c. Pandangan
manusia dengan waktu
d. Hubungan
manusia dengan kegiatan
e. Hubungan
manusia satu dengan manusia yang lain.
2. Pendekatan
kultural
Pendekatan
kultural terhadap corecurriculum menyatakan bahwa pertimbangan mengenai
kebudayaan kultur yang merupakan perwujudan dalam semua masyarakat pada setiap
waktu dan sekolah akan menyajikan pandangan yang muktahir tentang kondisi
masyarakatnya. Karena sekolah memperoleh perlakuan yang bersifat universal ini,
kemudian sekolah diberi peluang dalam mengembangkan kurikulumnya yang
berhubungan dengan kekhususan (sifat khas) lingkunganya.
Hal
tersebut diatas meliputi penjelajahan peranan dalam mengembangkan dan
menginterpretasikan budaya setempat (daerah) apakah bersifat regional, ethnical
(kesukuan) atau didasarkan oleh kelas sosial.Pendekatan ini didukung oleh
Chanan dan Gilchrist (1974) dan Skillbeck (1976) dengan model pengembangan
kurikulum berdasarkan sekolah. Model pengembangan kurikulum demikian analisisnya didasarkan pada kekuatan kontrol
bagi keputusan kurikulum yang terletak di sekolah atau masyarakat sekitarnya .[17]
IV.
Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, dapat
disumpulkan bahwa teori kurikulum merupakan suatu
perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, dan
mempunyai pengaruh besar terhadap implementasi dan pengembangan kurikulum.Teori
kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan
dan memprediksi bagaimana praktik kurikulum.sehingga teori kurikulum memberikan
fungsi pokok dalam kurikulum antara lain: suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah dan Sebagai suatu
strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan
data-data empiris.
Disamping itu teori kurikulum juga
mengalami perkembangan sesuai pengaruh globalisasi yang saat ini terjadi,
sehingga sekolah dapat menggunakan berbagai macam teori kurikulum yang sesuai
dengan keadaan masing-masing, dan akan berakibat pada implementasi program yang
maksimal karena sesuai dengan teori yang telah ada.
[1]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1997), hal. 24-25.
[2] Zainal Arifin,
Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011), hal. 18-19.
[3]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…..hal. 26.
[4] Sa’dun Akbar, Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran IPS, (Yogjakarta: Cipta Media, 2010), hal. 36.
[5]Sa’dun Akbar, Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran IPS,….hal. 37.
[6]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 26-27.
[7]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 27.
[8]Zainal Arifin, Konsep
dan Model Pengembangan Kurikulum,…hal. 19.
[9]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 28.
[10]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 29.
[11]Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,…hal. 30.
[12]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1993), hal 6-9.
[13]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum,….hal. 10.
[14]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum,….hal. 11-13.
[15]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum,….hal. 14-16.
[16]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum,….hal. 18.
[17]Subandijah, Pengembangan
Inovasi Kurikulum,….hal. 19-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar