Ronggo warsito merupakan salah satu museum yang ada di kabupaten
Semarang provinsi Jawa Tengah, di dalam museum ini terdapat berbagai macam
koleksi mulai dari pakaian adat, barang-barang zaman kuno, alat-alat seni
tradisional, gambar para pahlawan beserta perjuangannya untuk mencapai
kemerdekaan negeri ini, salah satu pahlawannya adalah RA. Kartini. Raden Adjeng
Kartini merupakan pahlawan emansipasi wanita yang lahir di Jepara. Kartini
lahir dalam keluarga yang berpendidikan baik, dari pasangan Sosroningrat
(Bupati Jepara) dan Ngasirah. Semasa hidupnya kartini telah banyak menulis
surat kepada Ny. Abendanon dan rekannya di Belanda yang berisi tentang
perjuangan melawan penjajah, terutama wanita Indonesia.
Tujuan RA. Kartini di dalam menulis surat kepada rekan-rekanya
adalah untuk memperjuangkan wanita Indonesia khususnya wanita Jawa agar dapat
mengenyam pendidikan seperti halnya laki-laki, karena Apabila laki-laki dan perempuan memperoleh pendidikan
yang sama (tidak bias gender) maka mereka secara optimal mampu mengembangkan segala
kreatifivitas yang dimiliki sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Hal tersebut sesui dengan pemikiran RA. Kartini “Habis
Gelap Terbitlah Terang” yaitu dari zaman kebodohan menuju zaman yang lebih
terang dengan memberikan kebebasan kepada laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh pendidikan yang sama, karena hal itu akan berdampak pada kemampuan
mereka membawa tanah air dan bangsanya kearah perkembangan jiwa, kearah
kecerdasan pikiran serta kemakmuran dan kesejahteraan, karena perempuan
khususnya ibu adalah seseorang yang akan membawa perubahan perdaban kearah perbaikan
melalui pembelajaran yang diberikan kepada anak-anaknya. Sesuai dengan hadis
Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwasnya “Menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”. Dari situ kita dapat mengkap bahwa ajaran islam mewajibkan
kepada semua orang tidak pandang laki-laki maupun perempuan, kaya maupun
miskin, diwajibkan untuk menempuh pendidikan.
Contoh di atas bertolak belakang dengan adat jawa,
terkait pemetaan wilayah kerja seorang perempuan yang hanya masak, melahirkan
dan berdandan. Dari situ muncul ungkapan Swarga nunut neraka katut,perempuan
digambarkan tidak memiliki peran sama sekali. Hal ini menunjukkan sempitnya
ruang gerak dan pemikiran perempuan sehinggaperempuan tidak memiliki cakrawala
di luar tugas-tugas domestik, yang berakibat perempuan tidak bisa mandiri dan
tidak mampu berperan serta dalam lingkungannya.